Sang pencerah itu bernama Seladi ,iapun bangga dengan kondisi kesederhanaanya, menjadi seorang polisi sekaligus sebagai pemulung rongsok.Sebuah kontradiksi kehidupan, tapi itulah Seladi. “Sela- selane dadi” sebuah pembelaan diri yang menjadi prinsip hidupnya ,maksudnya untuk mengisi waktu luang/sela apapun jadi yang penting halal biarpun jadi polisi nyambi menjadi pemulung sampah tukang rongsok diluar jam dinas tidak menjadi soal.
Kisah kejujurannya telah menyentuh perasaan para elit untuk menyikapinya. Tidak mengherankan jika mendapat penghargaan dari KPK bahkan yang terbaru ,berkat kejujurannya Ia telah mencuri perhatian Akom pimpinan DPRRI. Seladi pun diganjar penghargaan Polisi Teladan oleh pimpinan DPR.
Ada apa dengan penduduk bumi yang satu ini , kalau sekedar kejujuran kenapa sampai menjadi liputan heboh di media ?”. Apa istimewanya, kalau memang kejujuran adalah hal biasa, fitrahnya manusia. Mungkinkah kejujuran laksana menguap kembali ke langit ,menjadi langka di bumi.Miris,kini kejujuran justeru menjadi menjadi tontonan bukan lagi tuntunan
Akom pimpinan DPR,mengatakan yang dilakukan Seladi memberikan contoh teladan kepada masyarakat. "Padahal bisa saja beliau dapat penghasilan tambahan dengan menerima suap terkait dengan pekerjaannya membantu masyarakat yang ingin pembuatan surat izin mengemudi lebih cepat," katanya Potret Seladi secara tak langsung menggambarkan masih kurangnya kesejahteraan anggota Polri saat ini.
Ada hal menarik,yang perlu kita garis bawahi "Bripka Seladi punya pilihan, beliau bisa saja menerima suap dari SIM. Dan katanya, banyak juga yang datang ke rumah untuk mengeluarkan SIM," papar Akom.
Selain itu ,statmen yang cukup tegas yang mengemukakan bahwa "Cuma ada 2 polisi yang jujur adalah polisi Hoegeng dan polisi tidur. Namun hari ini ada tambah 1 dan nanti akan banyak yang lain," tukas Akom. (Seputar 6, 23/5/2016).Dia berharap sikap teladan, kesederhanaan, dan kejujuran Bripka Seladi dapat mengajarkan polisi-polisi lain termasuk para anggota dewan.
Sepintas peryataan,adalah biasa sebagai bentuk apresiasi penghargaan kepada seorang yang telah berdedikasi mulia bekerja profesional di bidangnya dengan jujur. Namun disisi lain,justru kita terkaget,kalau soal kejujuran bekerja menjadi point penilaian penghargaan yang Arkom lakukan kepada Brigade Kepala Seladi ini.Bukankah ini kode etik.yang menjadi tuntutan korp ,sehingga bukan sesuatu yang isistimewa. Sehingga bagi Seladi tentu tidak menjadi motivasi untuk mendapatkan penghargaan semacam ini,ini sangat ekstra ordinary.
Di satu sisi kita bahagia mendapatkan personal polisi yang jujur berdedikasi namun di sisi lain,kita sedang ditunjukkan bahwa kini sedang terjadi krisis kejujuran di negeri ini,sebuah paradoks yang kita saksikan. Ungkapan hanya ada 2 polisi jujur ,Hoegeng dan polisi tidur,kini ditambah Seladi. Dinilai sangat bermuatan politis. Bukankah ini sebuah cibiran yang menusuk,apalagi bagi polisi lain yang menurut,Kapolri dan Meta S Pane masih banyak polisi jujur yang lain di daerah namun tidak mendapat perhatian kesatuannya.masih ada yang menyambi menjadi guru,pengojek dll. Yang luput dari pemberitaan media. Lebih dari itu, penilaian sepihak ini terkesan gegabah, karena memberikan konotasi dan penggiringan opini yang membenarkan bahwa semua polisi selain tiga polisi yang disebutkan ini berarti tidak jujur.
Jika ucapan ini bisa dijadikan pegangan, sungguh sangat memprihatinkan,karena praktek ketidak jujuran yang selama ini dilakukan oleh oknum polisi untuk memperkaya diri berkesan sudah dilegalisasi setidaknya dimaklumi oleh Akom ,pimpinan DPR ini.
Apakah ini yang menjadi alasan ,keanapa korupsi susah diberantas? Pernyataan ini seperti sedang menggiring opini ,bawa tidak perlu heran jika ada polisi memiliki rekening gendut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H