World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara  terhitung sejak tahun 1968 hingga sekarang. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Menurut data WHO,kasus DBD di Indonesia  mencapai 71633, diikuti Malaysia 59378 dan  Pilipina 50169. Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara tropis dan sub tropis di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.Berdasarkan data dari WHO, diperkirakan setiap tahunnya kasus infeksi dengue mencapai 390 juta di seluruh dunia dan selama 5 tahun terakhir.
EPIDEMIOLOGI DBD, Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan dari kota ke pedesaan. Diperkirakan 50 juta kasus DBD terjadi setiap tahunnya dan kurang lebih 2,5 milyar manusia, tinggal di wilayah endemis DBD. Demikian  yang  disampaikan, Novita Endang Fitriyani, S.KM., M.Kes (Epid),dosen  STIKes Ibnu Sina Ajibarang  pada webinar 26/8/2020.
Menurut Puket I Bidang Akademik  STIKes Ibnu Sina Ajibarang,menjelaskan  Pencegahan Demam Berdarah Dengue, Prinsipnya adalah  dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti. Bisa dilakukan dengan 1) Melindungi diri dengan  Pakaian yang menutup seluruh tubuh,Menggunakan kaos kaki,Menggunakan lotion anti nyamuk,Tidur menggunakan kelambu. 2.)Memberantas Nyamuk dan Jentik jentiknya  secara benar.
Pada sesi kedua  dilanjutkan dengan pembahasan  tentang Penatalaksanaan  Demam Berdarah Dengue  (DBD) yang  disampaikan  Apt. Eko Hidayaturrohman Khumaeni. M.Farm dosen  dan Kaprodi D3 Anafarma STIKes Ibnu Sina Ajibarang. Menyatakan  Demam berdarah dengue (menurut kriteria WHO), Demam  selama 2-7 hari, Minimal satu tanda berupa Petekie (bintik-bintik bulat kecil berwarna ungu  kecoklatan),  ekimosis (lebam) Perdarahan mukosa,Hematemesis melena (muntah darah),Trombositopenia (kekurangan trombosit),Minimal satu tanda kebocoran plasma sbb: Peningkatan Hematokrit > 20% , Penurunan Hmt 20%  setelah terapi cairan,Efusi pleura, Ascites atau  hipoproteinemia
 Menurutnya ,Penatalaksanaan   DBD Tidak ada terapi spesifik,Paracetamol merupakan antipiretik pilihan pertama dengan dosis 10mg/kg/dosis selang 4 jam apabila suhu > 38C,Pemberian aspirin dan ibuprofen merupakan indikasi kontra,Terapi suportif paling penting: pemeliharan volume  cairan sirkulasi untuk menghindari dehidrasi, meningkatkan sistem imun (makanan, minuman, istirahat dll).
Tanaman yang Berpotensi Sebagai Obat Antiviral Dengue
Sementara itu beberapa Tanaman yang Berpotensi Sebagai Obat Antiviral Dengue  disampaikan  oleh  Apt,Muh. Fajar Fauzi S.Farm dosen STIKes Ibnu Sina Ajibarang yang menjadi pembicara ketiga menyampaikan Tanaman Cassia alata (atau dikenal dengan Ketepeng Cina) merupakan tanaman asli Indonesia yang juga tumbuh di Amerika, India, Malaysia, Brazil dan Afrika. Tanaman ini mengandung biomolekul yang mempunyai bioaktivitas bervariasi sehingga dapat digunakan sebagai sumber obat untuk beberapa penyakit seperti obat kudis, malaria, antioksidan, antibakteri.
Penelitian terkait Tanaman Cassia alata
Menurutnya, Melihat potensi tersebut, diperlukan penelitian untuk mengembangkan obat herbal sebagai antiviral dengue yang aman dan efektif dengan bahan dasar ekstrak etanol daun Cassia alata yang diujikan secara in vitro, in vivo dan in silico. Peneliti dari Program Studi Doktor Ilmu Biomedik FKUI, Marissa Angelina, M.Farm, Apt, melakukan penelitian tersebut dengan mengujikannya ke tikus mencit yang diinfeksikan virus dengue dan antiviral dari ekstrak Cassia alata.