Mohon tunggu...
Kak Naga
Kak Naga Mohon Tunggu... -

Hard worker.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Curcol Mahasiswi Semester 6

18 Mei 2015   12:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:52 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta (on the way to Jatinangor), May 18, 2015

Hari ini adalah hari kebangkitan nasional. Selamat bangkit bagi orang-orang yang merasa bangkit dalam semangat nasionalisme. Saya sekarang berada dalam perjalanan dari Jakarta menuju Jatinangor. Masih di bus Primajasa. Ketika saya berada di bus Transjakarta (busway), saya baca beberapa artikel dari Kompas. Ada satu artikel yang menurut saya cukup menarik dan bermanfaat. Artikel tersebut karangan Rhenald Kasali, seorang PhD dari Illinois University dan sekarang merupakan guru besar di Universitas Indonesia. Kasali mendirikan satu organisasi  atau komunitas profesional yang bernama Rumah Perubahan. Aktivitas di dalamnya merupakan pembinaan dalam bentuk konseling atau training untuk mendidik calon pekerja hebat di bidangnya agar mensyukuri hidup, tidak merasa terlalu takut atau berani menghadapi sesuatu, atau bisa dibilang juga agar mengerti makna hidup selain hanya mencari uang.

Baiklah, kembali lagi ke masalah artikel yang tadi saya baca. Nah, intinya, carilah meaning bukan uang. Meaning adalah sesuatu yang berharga tapi bukan uang. Meaning boleh saja waktu, tenaga, pemikiran yang dikorbankan untuk kepentingan orang banyak. Kegiatan yang dilakukan boleh saja dalam bentuk menjadi sociopreneur, penggiat NGO, mendirikan organisasi nirlaba berbasis sosial, dll. Lagi, bekerja di dalam hidup ini bukan hanya memuaskan perut dan membeli barang-barang mahal, tapi juga harus bermanfaat untuk orang lain. Kebutuhan manusia tidak akan pernah habis. Jangan bertanya pada kebutuhan itu, apakah sudah terpenuhi atau belum. Namun, nyatakan kepada diri sendiri bahwa kebutuhan hanya cukup sampai disini.

Saya ingat satu quote dari Kahlil Gibran yang ditampilkan di website rumahperubahan.com tadi

Begini,

Apakah kamu tahu gunung yang diberkati? Itu adalah gunung paling tinggi di bumi ini. Ketika kamu sudah berhasil mendaki sampai puncak teratas, satu hal yang kamu inginkan saat itu juga adalah turun ke bawah dan tinggal bersama orang-orang di lembah terdalam.


Menyentuh bukan? Saya menafsirkan bahwa hidup ini bukan untuk menjadi yang teratas dan hidup sendiri di sana. Hidup ini adalah menjadi bersama dengan lingkungan. Lingkungan itu kompleks, mulai dari teman sepermainan, teman bekerja atau kuliah, keluarga, pepohonan yang ada di sekitar, berbagai jenis hewan, bangunan indah atau teknologi mutakhir yang diciptakan manusia, dan banyak hal. Dengan menyeimbangkan lingkungan interaksi kita, hidup kita pun akan menjadi seimbang. Dengan hidup yang seimbang itulah akhirnya kita menemukan kebahagiaan.

Wah, saya jadi teringat akan satu hal. Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti seleksi Mawapres (mahasiswa berprestasi) di tingkat fakultas. Satu pertanyaan psikologis yang dilontarkan pada saya adalah, apa arti kebahagiaan. Lalu saya menjawab bahwa kebahagiaan adalah ketika hidup saya seimbang. Saya punya banyak teman, saya sukses dalam perkuliahan, saya mempunyai waktu tidur yang cukup, saya punya uang dan waktu pula untuk jalan-jalan, saya dekat dengan keluarga, saya dekat dengan Pencipta. Intinya di setiap aspek kehidupan saya, ada porsi yang pas (tak kurang, tak lebih).

Lalu, saya tiba-tiba teringat dengan masa depan saya setelah lulus kuliah. Saya akan lulus di tahun 2016. Sebentar lagi. Saya bingung harus bagaimana. Apakah saya harus bekerja di perusahaan di Jakarta? Kalau bekerja, pasti hidup saya akan sangat monoton. Selama dua tahun pertama bekerja mungkin, tiap pagi akan naik busway dari kos-kosan menuju kantor. Pulang malam. Setiap hari. Saya ingin yang berbeda. Saya punya sesuatu yang berbeda. Tapi, apa ya?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun