Mohon tunggu...
Maghfira Herdiani
Maghfira Herdiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jutdae.

Maybe we're living younger That's why we're fever -ATEEZ, Fever.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pemanfaatan Potensi Kekayaan Kuliner Sebagai Ecomuseum Daerah Sukajadi dan Sukagalih

18 Desember 2021   11:09 Diperbarui: 18 Desember 2021   12:40 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung sudah banyak dikenal orang sebagai tempat wisata kuliner, tak heran setiap akhir pekan Bandung selalu ramai oleh wisatawan sehingga menyebabkan banyak kemacetan. Salah satu daerah yang terkenal oleh wisatawan adalah Pasteur dan Lembang entah untuk berwisata kuliner atau untuk membeli oleh-oleh. Padahal jika melipir sedikit ke daerah Sukajadi banyak juga ditemukan para pedagang kuliner yang rasanya worth it untuk dicoba. Apalagi jika memasuki gang-gang di daerah Sukagalih banyak hidden gem yang rasanya sayang untuk dilewatkan. Jika melihat dari banyaknya warga yang berjualan makanan maka hal tersebut dapat menjadi daya tarik daerah agar wisatawan dapat berkunjung ke daerah Sukajadi dan Sukagalih.

Terlebih daerah Sukajadi dan Sukagalih merupakan jalan yang dilalui para wisatawan untuk berkunjung ke Lembang, sehingga kawasan ini merupakan kawasan strategis yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Pengembangan dapat dilakukan dengan menggunakan konsep ecomuseum sehingga daerah Sukajadi ataupun Sukagalih dapat lebih dikenal wisatawan dan bukan hanya dikenal sebagai jalan yang dilewati untuk menuju Lembang.

Pengembangan ecomuseum dapat diwujudkan dengan menyediakan bangunan yang cukup untuk menampung masyarakat yang berjualan makanan terutama makanan daerah Bandung. Hal tersebut dapat dibuat seperti Museum Udon di Jepang yang membuat replika makanan berbagai jenis makanan khas Jepang tersebut. Ini dapat dilakukan karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui makanan autentik Khas Bandung yang belum dimodifikasi, contohnya adalah "Seblak". Hal tersebut dibuktikan saat ada salah satu warga twitter yang mengunggah gambar seblak berupa kerupuk oranye tanpa kuah lalu mengklaim bahwa seblak tersebut adalah seblak asli Bandung. Reaksi dari netizen sangat mengejutkan karena banyak yang tidak percaya dan baru mengetahui bahwa Seblak yang asli adalah yang hanya menggunakan kerupuk oranye.

Melihat dari fenomena tersebut maka ecomuseum makanan daerah ini benar-benar dapat dikembangkan. Ecomuseum dapat dirancang dengan cara memperlihatkan replika makanan asli Bandung atau bahkan makanan yang sudah melegenda di daerah Bandung seperti seblak asli, surabi oncom dan gula merah yang menggunakan alat tradisional dalam membuatnya, serta sate Pa Oyen yang legendaris, dll. Selanjutnya nantinya ecomuseum dapat menyediakan foodcourt makanan-makanan yang ditampilkan replikanya tersebut agar pengunjung dapat mencicipi makanan tersebut. Untuk makanan sendiri dapat disediakan oleh para masyarakat daerah yang ada, sehingga ecomuseum ini juga dapat menaikan keadaan ekonomi daerah yang padat penduduk ini. Seperti yang sudah disebutkan bahwa ecomuseum dapat diselenggarakan dengan membangun gedung ataupun menggunakan gedung yang ada agar nantinya ecomuseum ini dapat disandingkan dengan mall yang ada disekitar daerah tersebut dan juga dapat menarik minat warga lokal untuk mengunjungi ecomuseum ini karena daerah Sukajadi atau Sukagalih merupakan daerah yang padat penduduk dan banyak gedung sehingga harus dapat memanfaatkan lahan sebaik mungkin.

Melihat dari banyaknya masyarakat daerah Sukagalih dan Sukajadi yang berjualan makanan maka hal tersebut dapat dijadikan potensi atau daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Dengan mengembangkan ecomuseum maka daerah akan lebih dikenal dan juga dapat membantu atau meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Selain itu ecomuseum ini juga dapat bermanfaat untuk melestarikan makanan autentik Bandung sehingga makanan tersebut tidak akan kalah eksistensinya dengan makanan fusion atau makanan modern.

_

Penulis: Maghfira Herdiani

Dosen Pembimbing: Dr. Leli Yulifar, M.Pd., Angga Hadiapurwa, M.I.Kom.

Fasilitator: Hafsah Nugraha, S.S.I.

Perpustakaan dan Sains Informasi

Fakultas Ilmu Pendidikan

Univeritas Pendidikan Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun