Mohon tunggu...
Lia Widjaja
Lia Widjaja Mohon Tunggu... -

my zone, my life, my words are MY RULE!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jika Tuhan Sedang Bercanda

14 Februari 2014   18:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana alam yang terus terjadi sambung menyambung di Indonesia, mulai dari Sinabung sampai yang terakhir Gunung Kelud, ditanggapi dengan berbagai macam reaksi, ada yang mengatakan bahwa ini terjadi karena Tuhan murka dengan banyaknya dosa manusia Indonesia, ada yang mengatakan bahwa ini adalah ujian dari Tuhan akan iman manusia Indonesia, adapula yang mengatakan bahwa ini adalah kesalahan manusia yang kurang bersyukur atas nikmatNya, ada yang menghujat sampai prihatin dan berbagai macam statement lainnya. Kalo saya berpendapat... TUHAN SEDANG BERCANDA!

Ini adalah humor dari Tuhan, yang silahkan diinterpretasikan sendiri dengan berbagai pendapat, bukan saya tidak ikut prihatin dengan kondisi yang sedang terjadi. Prihatin??? YA, saya prihatin dengan kondisi yang terjadi di bumi Indonesia tercinta. Apakah cukup mengirimkan rasa prihatin saja??? MINIMAL ITU! Tidak menganggap bencana adalah lelucon saja itu sudah cukup. Karena beberapa orang sepertinya menanggapi keadaan ini dengan 'agak kelewatan' dengan mengirimkan broadcast message yang belum tentu benar adanya. Mungkin maksudnya untuk lebih mengguggah orang lain untuk prihatin. Bagi saya itu konyol... cukuplah mencari tahu yang sebenarnya terjadi dan langsung action. Bukan action yang minta diliput berbagai media, atau action dengan kepentingan terselubung... bukankah jelas pepatah yang mengatakan "JIKA TANGAN KANANMU MEMBERI, JANGAN SAMPAI TANGAN KIRIMU MENGETAHUINYA!" Artinya bertindaklah dengan tulus dan sebenarnya, tidak dengan banyak memberikan pertunjukan betapa sosialnya kita, betapa pedulinya kita dengan sesama...

Rasa empathy bukan untuk penunjang penampilan. Empathy adalah bentuk meresapi rasa yang telah dialami sesama kita. 'Ahhhh... kamu ngomong ajah! Sudahkah kamu membantu juga?' Jika pertanyaan itu ditujukan kepada saya... maka saya akan menjawab 'mau tau banget... apa mau tau ajah?' Artinya ngga perlu orang tau apa yang sudah saya lakukan dan apa yang sudah saya perbuat.

'Kok kamu bilang Tuhan sedang bercanda? Tuhan itu sedang menguji kita...' Sekali lagi saya serahkan pada intepretasi masing-masing tentang hal ini, jika saya ditanya maka jawaban saya adalah Tuhan sedang bercanda. Candaan Tuhan itu berbeda dan tidak mungkin dipahami oleh siapapun termasuk saya, dan saya terus terang tidak akan mencoba mencari tahu mengapa Tuhan bercandanya begitu? Jika saya mulai mencari-cari, maka saya akan terjebak dalam pusaran ketidaktahuan dan mulai bersikap sok tahu.

Candaan tidak selalu bersifat menghibur, adakalanya kita merasa tertampar dengan candaan itu, karena kita merasakan makna mendalam. Kita hanya bisa merasakan dan merasakan saja, kapan candaan itu menampar kita, kapan candaan itu menghibur kita.

Saat ini saya merasa bahwa candaan Tuhan sedikit menampar sisi manusia saya, sisi manusia yang terlalu angkuh, merasa paling hebat sendiri. Padahal baru dikasih lelucon satir yang 'hanya segini' kita sudah kewalahan. Saya tidak bisa membayangkan jika Dia membuat candaan yang lebih besar lagi. Bagi saya intropeksi diri itu lebih penting daripada menyalahkan dan membuat statement yang seolah-olah itu gara-gara siapa...

Tuhan masih sanggup menjelaskan apa yang telah dibuatnya, itu jika kita mau bertanya kepadaNya, selama ini kita... terutama saya masih sering menerka-nerka dengan logika sendiri, atau menebak-nebak dengan mencoba menganalisa Tuhan. Apa yang telah diperbuatNya adalah apa yang menurutNya dibutuhkan oleh manusia.

Saya hanya bisa berbicara kepadaNya melalui doa, dan mengatakan kepadaNya, "Ya Tuhan terima kasih atas apa yang telah Kau beri padaku, aku percayakan segalanya kepadaMu, karena apa yang terjadi padaku... terjadilah menurut perkataanMU, karena Engkaulah sutradara dari hidupku, Engkaulah yang menentukan jalan cerita yang terjadi pada diriku. Aku percaya Engkau akan memberikan peran-peran terbaik dalam hidupku tanpa aku harus memprotes atau menginterupsi jalan ceritaMu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun