Mohon tunggu...
Magdalena Suster
Magdalena Suster Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar merangkai kata

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perwujudan Cinta Kristus dalam Panggilan dan Perutusan Misioner

6 Februari 2023   17:45 Diperbarui: 6 Februari 2023   17:47 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang misioner memperoleh semangat yang luar biasa untuk menjadi pewarta karena dorongan Roh Kristus yang ada dalam dirinya. Misioner juga berkobar untuk mewarta Injil karena cintanya kepada jiwa-jiwa yang dilayaninya. 

Seorang misioner menjadi orang yang sangat memprihatin iman mereka "umat" yang belum mengenal Kristus sebagai sumber keselamatan karena dorongan Roh yang ada dalam dirinya. Seorang misonaris memiliki semangat yang berkobar-kobar untuk memberi pelayanan  karena diilhami oleh kasih Kristus. 

Dengan kasih Kristus itu pula membuat dirinya mampu melakukan pewartaan dengan semangat. Semangat seorang misionaris itu diilhami kelembutan, keharuan, keterbukaan, kesiap siagaan dan menaruh minat terhadap masalah orang banyak karena cinta Kristus yang menjiwai dirinya.

Seorang misioner memiliki cinta yang kuat kepada mereka yang mendengarnya karena cinta Kristus yang mendalam berkarya di dalam dirinya. Dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa "Kristus tahu apa yang ada dalam diri manusia" bdk. Yoh 2:25. 

Hal ini tidak mengherankan karena Kristus maha tahu dan sumber segala sesuatu. Cinta-Nya yang luar biasa dirasakan oleh banyak orang serta memberikan kepada mereka penebusan dan penderitaan manakalah penebusan itu ditolak. Seorang misioner disebut sebagai makhluk cinta karena mereka memberitakan Injil kepada saudara-saudari bahwa mereka itu dicintai Allah. 

Seorang misionaris mampu mencintai dan memberi cinta kepada sesama bahkan seorang misionaris tidak menyayangkan nyawanya untuk mereka yang dia cintai. Seorang misionaris disebut sebagai saudara dan saudari bagi semua. 

Didalam dirinya mengemban roh Gereja oleh karena dia sangat terbuka kepada mereka dan memberi perhatian kepada semua orang, baik secara kelompok maupun secara individu-individu. Cinta itu diberikan oleh seorang misionaris kepada semua orang dan secara khusus kepada saudara-saudari yang kecil dan termiskin.

Dengan cinta yang demikian, misioanaris itu mengatasi rintangan-rintangan dan perpecahan karena ras, kasta atau ideologi. Seorang misionaris merupakan tanda cinta Allah di dunia, suatu cinta yang tidak mengucilkan orang atau pun bersikap berat sebelah. Seorang misioner akhirnya seperti Kristus, dia mencintai sampai pada titik terakhir hidupnya. 

Oleh karena itu dia memberikan seluruh dirinya untuk jemaat. Seorang misioner mengarahkan seluruh dirinya pada kehendak Kristus. Baginya Kristus segala-galanya. Misionaris melihat bahwa Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan nyawa-Nya baginya semua itu karena cinta-Nya. Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya bdk. Ef 5:25. Inilah juga menjadi fondasi baginya untuk mencintai mereka "jemaat" sampai pada titik terakhir.

Cinta Kristus tidak dapat dilukiskan dengan apa pun. Karena cinta-Nya itu tidak bersyarat dan karena cinta-Nya yang tidak bersyarat itu pula mendorong seorang misioner mampu menyerahkan hidupnya sendiri demi sesama. Hanya seorang misioner yang memiliki cinta yang mendalam akan Gereja dapat menolong dan memiliki semangat luar biasa serta menjiwai dirinya untuk menjadi sarana bagi sesama. 

Meskipun seorang misionaris mengalami tantangan besar ia tidak menyerah. Ia tetap teguh, semangat dan penuh sukacita menjalani semuanya. Cintanya yang berkobar-kobar untuk menjadi misioner lebih kuat daripada tantangan yang datang. Halini telah diungkapkan oleh Santo Paulus bahwa kesetiaan setiap misioner kepada Kristus tidak dapat dipisahkan dari kesetiaan kepada Gereja. 

Orang-orang yang dalam cinta kepada Kristus memampukan dirinya mengalahkan dirinya. Dirinya yang kuat kehendak untuk berpaling dari penderitaan. Dirinya yang memiliki kecenderungan untuk kesenangan semata dan lain sebagainya. Seorang misionaris tidak memiliki daya atau kemampuan untuk itu, karena dirinya sudah bersatu dengan Dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun