SUKACITA NATAL
Allah adalah kasih. Allah mau manusia mengalami kasih-Nya tanpa ada hambatan. Allah rela melakukan cara apapun asal manusia mengalami kasih-Nya tanpa batas. Yesus adalah gambar diri Allah yang nyata bagi manusia. Allah mau manusia itu mengenal-Nya secara dekat. Allah ingin manusia dapat melihat, menyetuh, meraba diri-Nya secara fisik.Â
Oleh karena itu, Allah merelakan diri-Nya dalam wujud manusia. Allah yang kasih memiliki segala segalanya. Allah juga disebut maha pengasih dan maha pemurah melalui penjelmaan Putera-Nya. Allah ingin manusia bersatu dengan mereka "Bapa, Putera, Roh Kudus dan manusia".Â
Allah mencurahkan cinta-Nya kepada semua manusia tanpa terkecuali karena manusia sangat dicintai oleh-Nya. Yesus adalah jelmaan diri Allah yang dapat dilihat, disentuh, diraba. Allah melakukan semua itu cinta dan kesetiaan-Nya pada ciptaan-Nya. Allah merelakan diri-Nya menjadi manusia dan tundak pada hukum yang berlaku bagi manusia.
Manusia pada mulanya bersatu dengan Allah namun kejatuhan manusia terhadap dosa membuat manusia terpisah dari Allah. Allah yang adalah kasih dan maha pengasih serta maha pengampun tidak ingin manusia terbelenggu dalam dosa yang diciptakan manusia itu untuk dirinya.Â
Allah berinisiatif agar manusia memperoleh perdamaian dengan diri-Nya melalui menjelmaan dalam rupa manusia. Penjelmaan menjadi manusia inilah satu-satunya cara manusia kembali bersatu dengan Allah. Allah merelakan diri-Nya pada akhirnya menjadi manusia dalam penjelmaan Putera-Nya menjadi manusia.
Yesus menjalankan segala perutusan Bapa atas diri-Nya dengan cinta yang tidak terbagikan. Cinta Allah bagi manusia tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di dunia atau cinta manusia. Yesus menjalani misi dan perutusan Allah atas diri-Nya dengan rendah hati dan sukacita.Â
Penyempurnaan kasih Allah bagi manusia adalah kelahiran-Nya di kadang hewan, menjadi orang asing di negeri orang. Yesus melakukan semua itu karena ketaantan-Nya kepada Bapa dan karena kasih-Nya kepada manusia.
Kasih Allah itu tidak berarada dalam ruang dan waktu. Apabila kasih-Nya berada dalam ruang dan dan waktu maka, kasih itu akan kerdil dan tidak berkembang. Kasih Allah melampaui ruang dan waktu, berbeda dengan kasih yang dimiliki manusia terbatas.Â
Meskipun demikian manusia belajar dari Sang kasih yang selalu memberi kasih-Nya kepada semua. Allah memberi kasih kepada semua ciptaan tidak memiliki batas-batas atau mengkotak-kotak.Â