MAGDALENA PUTRI SUBEKTI / 191241139
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penyakit Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, telah menjadi perhatian global, termasuk di Indonesia. Dengan 88 kasus terkonfirmasi hingga Agustus 2024 dan 87 di antaranya telah sembuh, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk menerapkan strategi pencegahan dan penanganan yang efektif. Data menunjukkan bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan kasus terbanyak mencapai 59 kasus, diikuti oleh Jawa Barat dengan 13 kasus dan Banten dengan 9 kasus.
Penyakit ini menular melalui kontak langsung dengan lesi kulit dan dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan cacar, seperti demam tinggi, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Mengingat potensi penyebarannya yang cepat dan konsekuensi kesehatan yang serius, strategi komprehensif dalam pencegahan dan penanganan Mpox sangat diperlukan.
Edukasi merupakan langkah pertama yang krusial dalam mencegah penyebaran Mpox. Masyarakat perlu diberi informasi tentang gejala penyakit ini, cara penularan, dan tindakan pencegahan yang harus diambil. Misalnya, Mpox menular melalui kontak langsung dengan ruam bernanah pada kulit, termasuk saat berhubungan seksual. Oleh karena itu, masyarakat harus waspada terhadap gejala seperti demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Edukasi ini dapat dilakukan melalui media sosial, iklan televisi, dan kampanye kesadaran di komunitas.
Vaksin yang digunakan untuk cacar juga memberikan perlindungan terhadap virus Mpox. Beberapa negara telah mengimplementasikan program vaksinasi sebagai langkah pencegahan. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk mengimplementasikan program vaksinasi ini di Indonesia, terutama untuk kelompok berisiko tinggi seperti petugas kesehatan. Vaksin JYNNEOS direkomendasikan untuk kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan dan individu yang berhubungan langsung dengan pasien terinfeksi. Vaksinasi dapat memberikan perlindungan tambahan bagi mereka yang berisiko tinggi terpapar virus Mpox.
Kemenkes telah memperketat pengawasan di seluruh pintu masuk negara, termasuk bandara dan pelabuhan, dengan menggunakan thermal scanner untuk skrining suhu tubuh pelaku perjalanan dari negara terjangkit. Surveilans aktif dilakukan di fasilitas kesehatan untuk mendeteksi kasus Mpox, terutama di kelompok berisiko tinggi seperti petugas kesehatan dan individu dengan banyak pasangan seksual.
Masyarakat disarankan untuk menjaga kebersihan tangan secara rutin dengan mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer berbasis alkohol. Selain itu, penggunaan masker medis saat merasa tidak sehat juga sangat dianjurkan untuk mencegah penularan melalui droplet.
Pasien dengan gejala ringan disarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat. Sementara itu, pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Mengisolasi pasien yang terinfeksi juga merupakan langkah penting untuk mencegah penularan lebih lanjut. Pemerintah dapat memastikan bahwa fasilitas kesehatan memiliki ruang isolasi yang memadai untuk menangani pasien yang terinfeksi.
Setiap kasus yang terkonfirmasi akan dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk melacak kontak dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Ini membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang mungkin terpapar virus dan memfasilitasi tindakan pencegahan tambahan.