Pertanian merupakan basis ekonomi utama di Sumatra Barat (Sumbar). Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi di provinsi ini masih ditopang oleh sektor pertanian. Produk domestik regional bruto daerah ini paling banyak berada di sektor pertanian, lalu sektor peternakan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Di kabupaten dan kota di Sumbar, sektor pertanian hampir mencapai 30 persen. Sementara itu, sektor tenaga kerja dari pertanian lebih dari 50 persen.
Karena itu, sektor pertanian mesti dikelola dengan baik sebab tidak hanya berdampak kepada ekonomi, tetapi juga masyarakat yang sebagian besar bekerja pada sektor tersebut. Hal itu diperkuat oleh bahwa beberapa hasil pertanian di Sumbar, seperti karet, sawit, kulit kayu manis, gambir, kopi, kakao, cengkeh, dan kapulaga, merupakan komoditas ekspor yang banyak peminat di pasar internasional. Namun, sektor pertanian di provinsi ini masih belum sempurna. Di beberapa titik masih ada kendala yang perlu dicarikan jalan keluarnya, misalnya fluktuasi harga komoditas ekspor yang tidak berpihak kepada petani.
Nasrul Abit dan Indra Catri melalui program unggulannya berusaha menutup bagian yang bolong di sektor pertanian Sumbar tersebut. Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini memang punya banyak pengalaman di dunia pertanian dan ketahanan pangan. Nasrul Abit yang sudah pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumbar 2015---2020 tentu punya segudang rumus yang jitu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di Sumbar. Ia diperkuat oleh Indra Catri yang berhasil dalam program ketahanan pangan yang bernama "Agam Menyemai" ketika ia menjabat sebagai Bupati Agam. Tampaknya sektor pertanian di tangan pasangan calon nomor urut 2 ini akan menjadi lebih baik.
Program Unggulan di Sektor Pertanian
Pandemi Covid-19 ini telah menghantam segala lini kehidupan, termasuk bidang pertanian. Pola distribusi yang terganggu membuat harga jadi tidak stabil. Hal ini juga diperparah dengan sedikitnya BUMD yang fokus terhadap pertanian di Sumbar. Untuk menjawab hal tersebut, Nasrul Abit dan Indra Catri (NA-IC) mengeluarkan program untuk membentuk BUMD pertanian.
BUMD pertanian tidak hanya penting pada masa pandemi ini. Ketika kita belum diterjang oleh gelombang Covid-19, keluhan petani juga sudah terdengar di mana-mana. Teman saya yang orang tuanya seorang petani sawit bercerita kepada saya bahwa di kampungnya di Indropuro, Pesisir Selatan, hanya ada satu badan usaha yang bisa diandalkan untuk membeli hasil panen mereka. Karena hanya satu, perusahaan swasta itu bisa seenaknya menekan harga barang yang akan dibeli dengan beberapa alasan biasa yang kadang terpaksa harus diamini. Ini merupakan satu contoh bagaimana perusahaan swasta memonopoli harga panen masyarakat sekitar. Agar harga bersaing, perlu ada banyak perusahaan swasta sejenis sehingga masyarakat punya pilihan sebagai tempat menjual hasil panennya. Ini tidak bisa dilakukan pemerintah. Yang bisa dilakukan pemerintah ialah membentuk BUMD Pertanian. BUMD Pertanian ini berfungsi untuk membeli komoditas pertanian masyarakat jika harganya sedang murah, lalu menjualnya lagi ketika harga sudah stabil atau tinggi. Dengan begitu, perusahaan yang memonopoli harga tak bisa lagi memonopoli harga.
Pada sektor pertanian, NA-IC tidak tanggung-tanggung dalam memfokuskan programnya. Mereka akan mengalokasikan anggaran 12 persen dari APBD untuk sektor pertanian secara luas dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan dan peningkatan pendapatan petani. Ini merupakan usaha yang berani dan patut kita inap-inapkan bersama bahwa NA-IC memang serius dalam memperbaiki dan membangun sektor pertanian yang sehat dan unggul.
NA-IC juga terlihat memikirkan bagaimana panen bisa dihasilkan lebih baik dengan mendukung para penangkar bibit unggul bersertifikasi. Nantinya para penangkar ini akan diberi intensif supaya kerja penangkaran mereka bisa berjalan dengan maksimal. NA-IC juga ingin menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi sampai ke tangan petani dengan harga eceran tertinggi. Ini akan menstimulus petani dalam menghasilkan panen yang sehat.
Dari segi lahan, NA-IC juga ingin meningkatkan luas lahan produktif, mengoptimalkan lahan tidur dan telantar, serta merehabilitasi lahan bekas tambang rakyat. Mereka juga akan mewujudkan wilayah pertanian berbasis komoditas unggulan, yakni satu daerah satu komoditas unggulan. Ini tentu saja sangat membantu petani karena salah satu contoh nyatanya ialah apa yang dilakukan oleh Indra Catri di Agam. Lahan tidur di pekarangan rumah masyarakat dijadikan lahan untuk menanam tanaman yang bisa dikonsumsi oleh pemilik rumah sehingga ketahanan pangan mandiri bisa terlaksana dengan baik.
Untuk para petani yang merasa cemas di setelah produksi panen, NA-IC akan memberikan asuransi bagi petani untuk perlindungan pascaproduksi. Hal ini sangat penting karena hasil panen seperti bawang dan kentang sangat ditentukan oleh pascaproduksinya. Saya punya teman yang tinggal di Alahan Panjang. Katanya, berhasilnya produk bawang sangat ditentukan oleh proses pengeringan pascaproduksinya, yang ditentukan oleh iklim dan cahaya matahari. Pada kondisi sekarang asuransi petani memang sangat dperlukan karena kita telah memasuki era perubahan iklim yang tidak stabil, yang akan mempengaruhi hasil panen.
Sudah sangat terang benderang tampak keseriusan NA-IC dalam memperhatikan sektor pertanian untuk Sumbar ke depannya, mulai dari program bibit, pupuk, asuransi pascaproduksi, hingga ke penjualan. Melihat keseriusan itu, saya membayangkan masa depan pertanian Sumbar akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Agar semua itu terwujud, tentu saya mendukung Nasrul Abit dan Indra Catri pada pilgub 9 Desember.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H