Mohon tunggu...
Maftuh Ahnan
Maftuh Ahnan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa uinsa surabaya , prodi ilmu hadis , fakultas ushulludin dan filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran Filsafat Dekontruksim dalam Filsafat Modern

15 Desember 2024   07:47 Diperbarui: 15 Desember 2024   08:58 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengaruh dan kritik terhadap Dekonstruksi menjadi alat analisis yang sangat berpengaruh dalam studi sastra dan teori budaya. Ia membantu membongkar ansumsi-ansumsi idiologis dalam teks dan struktur kekuasaan yang tersembunyi . misalnya, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis teks-teks klasik dalam sastra, filsafat, dan hukum guna mengungkapkan bias atau ketidak konsistenan di dalamnya. Namun Dekonstruksi juga mendapatkan banyak kritis para pengkritiknya, seperti jurgen Habermas dan John  Searlr, menganggap pendekatan ini nihilstik dan merusak fondasi pemikiran rasional. Habermas menuduh dekonstruksi mengabaikan tanggung jawab normatif, sementar searle menuduh derrida sebagai tidak konsisten dalam memahami hubungan antara bahasa dan realitas.

Dalam dunia moderen, dekonstruksi tidak hanya menjadi alat untuk analisis teks, tetapi juga digunakan dalam kritik sosial dan politik. Misalnya teori ini di aplikasikan untuk membongkar stuktur kekuasaan patriarki,rasisme,dan kapatilisme Dalam era postmodern, dekonstruksi menjadi bagian penting dari wacana tentang pluralitas dan relativsme kebenaran. Dekonstruksi adalah salah satu pendekatan filosofis yang radikal dalam memahami teks dan makna. Dengan menolak kepastian makna tunggal,  aliran ini mengajarkan bahwa setiap  teks selalu terbuka untuk interpretasi ulang. Dalam konteks moderen, dekonstruksi telah melampui batasan filsafat dan sastra untuk menjadi alat kritis dalam memahami kompleksitas dunia kontenporer. Dalam konteks  filsafat moderen dekonstruksi membuka ruang bagi pluralisme pemikiran, dimana berbagai prepektif dapat diakui dan dihargai . secara keseluruhan dekonstruksime mengajarkan kita bahwa pemahaman kita terhadap dunia ini selalu bersifat sementara dan terbuka untuk di tafsirkan kembali. Ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan pemikiran kritis dan reflektif dalam filsafat moderen, mendorong kita untuk terus mengeksplorasi dan mempertanyakan kompleksitas makna yang ada di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun