dini hari
aku datang padamu untuk mengadu
mengeluh dalam kepasrahan
karena kutahu engkau tempat yang paling aman untukku berbagi
dan kau pasti menyambut kedatanganku
sebelum subuhmu datang menyapa
berilah aku kesempatan untuk menangis
di hadapanmu
kejadian ini, sungguh tak kusangkah
di waktu yang masih sangat segar
ketika Syawal belum genap sepuluh hari
usianya masih sangat muda
untuk kelahiran insan yang fitrah di bumimu
kalau aku boleh menyesali
kenapa engkau tak memegang erat hati kami?
kenapa engkau tak menahan langkah kami?
hasratku memang besar
untuk menginginkan sesuatu
banyak harapan aku ukir dengan itu
tapi kenapa engkau biarkan lenyap?
aku memang konyol dan bodoh
tanpa bimbinganmu
khilaf...
di ambang subuhmu
izinkanlah aku bersimpuh
memohon dengan sangat
berikan aku keluasan hati untuk merelakan semuanya
jika di dalamnya masih ada hak yang haq untukku
aku percaya engkau pasti mengembalikannya dengan ragam caramu
tak lain ini teguranmu supaya aku mendekat kepadamu
"semoga ada hikmah yang tak gagal kuterjemah"
Subuhmu pun datang
aku kembali tersungkur
hatiku berangsur lega setelah bertemu denganmu
apalagi dengan subuhmu yang tepat waktu
selain dalam Ramadhan, memang susah kutemukan subuhmu
Baciro, 14 September 2011
03.30
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H