Mohon tunggu...
Maftuhah As Sa'diyah
Maftuhah As Sa'diyah Mohon Tunggu... -

Belajar menulis.\r\n\r\n\r\nBuku solo yang sudah terbit:\r\n"El Maffa; Kutitipkan Makna di Rinai AKsara" (Pustaka Jingga, 2013)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

G.A.L.A.U.

5 Juni 2014   16:02 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:14 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini banyak remaja yang galau, resah, gelisah, dan gundah gulana akibat sakit hati. Terlebih gara-gara putus cinta dengan sang pacar. Status bernuansa “galau” pun terpasang dan marak di beranda facebook. Namun sangat jarang sekali ada remaja yang galau gara-gara membuang sampah sembarangan. Eh.

***

“May, aku galau, nih.. Hiks.”

“Emang kenapa?” tanya Maya sambil menikmati snack merk XXX di taman kota selepas sekolah.

“Bayu tuh.. mutusin aku tanpa alasan. Hiks.” Sonia menyandarkan kepalanya sambil menangis di pundak Maya.

Maya menghela napas.

Remaja berseragam putih abu-abu ini pun mencoba menenangkan sahabatnya.

“Cari yang lain aja. Kamu ‘kan cantik. Sudah, jangan dipikirin lagi.” Kata Maya sambil membuang bungkus snack di pelataran teki yang didudukinya.

“Kak, kok buang sampah sembarangan?” seorang anak kecil berseragam TK memergoki, “nanti banjir lho.” Lanjutnya sambil memungut sampah snack merk XXX.

“Tempat sampahnya jauh, Dek. Capek. Toh.. nanti ada tukang kebun yang membersihkan.” Sahut Sonia yang masih bersandar.

“Tapi kalau tukang kebunnya hari ini gak masuk gimana, Kak?”

“Ya pasti masuk lah, Adik kecil yang manis. Kan ini tugas wajibnya.” Tambah Maya dengan memaksakan bibirnya untuk senyum.

“Kalau sakit?”

“Kan ada tukang kebun yang lain.” Serentak remaja SMA itu.

“Emm, kayaknya gak ada deh, Kak. Soalnya setahuku Pak Acung adalah satu-satunya tukang kebun di taman ini.” Jawab si bocah sambil garuk-garuk kepala.

“Kok tau?” serentak mereka lagi.

“Iya. Kan Pak Acung tetanggaku.” Jawab gadis cilik berambut kepang sambil tersenyum tak berdosa.

Maya dan Sonia saling berpandangan dan menggelengkan kepala.

Hem, nih anak kecil ganggu orang lagi curhat ajah. Galauku jadi geram. Hemmm..

Gumam Maya dalam hati.

Eh, ini anak siapa sih yang hilang. Udah siang, masih juga kelayapan. Pake seragam TK lagi. Hemmm..

Seolah mereka ngobrol dengan bahasa hati.

Anak berumur lima tahun itupun melongo sesekali tersenyum sendiri. Lesung di pipinya membuat gemas siapapun yang melihatnya. Tapi tidak bagi Maya dan Sonia. Anak kecil satu ini bikin mereka geram. Ah.

Tak lama kemudian Sonia merasakan ada sesuatu yang menyentuh kulit putih mulusnya.

“May, kayaknya mau hujan.”

He’em. Gerimis.”

“Kayaknya sebentar lagi banjir deh. Ada hujan, ada sampah.” Anak TK itu masih berdiri dan berceloteh di depan Maya dan Sonia.

Belum sempat mereka menanggapi, ada seseorang yang datang.

“Eh, di sini rupanya. Bunda mencarimu kemana-mana, Lita. Lagi sama kakak-kakak cantik, yah.” Ucap seorang wanita separuh baya sambil membawa payung.

“Bu.. Bu…” Sonia terbata.

“Andai kakak-kakak ini mau buang sampah di tempat sampah. Pasti akan lebih cantik lagi. Iya kan, Bunda.”

Wanita berjilbab putih itupun tersenyum sambil mengganggukkan kepala dengan kerenyit dahi penuh tanda tanya.

“Wah, adik manis yang pintar. Pasti ini anak bungsu Bu Ani yang sering diceritakan itu ya.” Maya tampak kikuk.

“Yang kader lingkungan Cilik itu kan, Bu.” Tambah Sonia basa-basi.

“Iya. Ya sudah, kalian pulang dulu sana. Sebelum gerimis menjadi hujan lho.” Ujar Bu Ani pada kedua muridnya.

“Ii..Iya, Bu. Mari.” Keduanya berpamitan.

“Daa…Daa, kakak-kakak. Lain kali jangan lupa buang sampah pada tempatnya, ya.” Ledek Lita sembari melambaikan tangan.

“Lita…” Bu Ani mencubit gemas pipi putri bungsunya.

“Hehe, habisnya… Lita galau kalau lihat sampah berserakan, Bun.”

***Selesai***

Lamongan, 04 Juni 2014

15:10 WIB

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun