Maftuhah As Sa'diyah, No. 89
Lamongan: Bumi Cinta
adalah altar bumi beratap langit fajar nan gerimis
mula netra membuka sayup pintu kelopak, tangis pecah, rona merekah
embun menyemai tanah kelahiran: bumi soto
kaki-kaki bergelinjang-bersorak-bermain-bernyanyi
menari boran, mayang madu, turonggo solah, silir-silir
surya menyinari tanah budaya: bumi tahu campur
adalah satu di antara urat nadi khazanah pertiwi
mula lisan mengeja alif-ba’-ta’, merapal a-b-c, menghitung satu-dua-tiga
senja menyaksi tanah religi-edukasi: bumi wali songo
meski rantau menabir sunyi antara kami; aku dan dia
namun nama itu kian tersemat-melekat pekat di palung kalbu
purnama melukis tanah histori: bumi joko tingkir
adalah tanah gemah ripah loh jinawi
menghijau sesawah, membentang rerawa, meruah ulam tetambak
asset hidup Cah Lamongan, untuk sesuap nasi
bebiji hari terhitung jemari kian berlekuk keriput
tibalah akhir melafaz usia, menghela napas hayat
gundukan tanah menyirat diri, menjelma pusara bertepi epitaf(ku)
aku dilahirkan, dibesarkan, dan dikuburkan
di tanah ini, di bumi ini: tanah surga-bumi cinta
dia: satu kata satu nama yang ‘kan tersemat pekat
“Lamongan”
: memayu raharjaning praja
Lamongan, 27 April 2014
10:24 WIB
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H