Mohon tunggu...
cahaya malam
cahaya malam Mohon Tunggu... -

suara langit _____________ kala coba mencuri dengar. langit membicarakan takdir. suara gemerincing lonceng pecah terdengar dalam telinga. kepakan sayap menggelegar menampar bumi. api berkobar dalam nyala air. titahMu dicuri ya Rab.. penghianatpenghianat kabur dan mengkaburkan tuannya. hitam mengintai, putih kecolongan. hitam kabur, putih mengejar. hitam sembunyi, putih ayunkan pecutnya. nyala yang seharusnya padam dan padam penyala.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pernikahanmu

13 April 2012   21:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:38 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

kau mengajakku pada sebuah butik. pinta kubantu sekiranya baju pengantin yang mana cocok untuk dia. putih  dengan mahkota permata biru pasti cantik. segera kau pesan beserta mahkota permata birunya. usai itu, kau pinta pilihkan cincin mana tercantik untuk dia. sepasang cincin mas putih polos wujud setia dengan kesederhanaan. tanpa buang waktu, kau beli. diam, kutanya kenapa? jawabmu tempat seperti apa yang dia suka.. saranku baiknya masjid, ucap ijab-kabul dengan harapan Tuhan merestui, presepsi dengan taman lapang akan memberikan kenyamanan untuk para undangan. tawa lepasmu sangat bahagia dia kan menjadi milikmu seutuhnya, bahagiamu buntukan otakmu memikir. kau genggam tanganku, menatap dalam "terimakasih sobat" terucap dari bibirmu yang penuh misteri. tak masalah aku siap bantu..

14 februari, telah tiba yang ditunggu. kau bisikkan "kau pintar memilih segalanya, hari ini dia sangat cantik dan semuanya perfect". aku menyaksikan dengan lantang dan jelas janjimu diatas Al-Qur'an, aku mengamini dengan riuh degapku terbata-bata nafasku beserta berat suaraku terucap. telah menjadi halal sepasang merpati dihari kamis.

dimalam jum'at ini, yang pertama bagi mereka. pasti indah bunga yang ada dalam masing-masing parasnya. disudut bangku terayun kakiku dilahap dingin. harus rela yang kucinta telah bahagia. mencintaimu dari jauh berat ternyata.

setahun sudah kau kembali datang. pada hari yang sangat panas, kupersilahkan duduk didepan rumahku, ucapku tunggu, kan kuambilkan air es. aku menaruh es pada segelas sirup madu favoritnya. ada yang bisa kubantu?  kali ini pintanya kuberi nama anaknya yang baru lahir. sejenak kuterdiam. kuberikan dengan gemetar, minumlah dulu, lalu kau katakan ini hari sangat panas kenapa kau berikan sirup sangat panas? oh, maafkan, ku ambilkan yang baru. tak usah, kau bilang istriku menunggu, katakan saja kan kau beri nama apa? aku tak bisa berkata..   kau tak tahu selama ini diam-diam ku mencintaimu. disetiap kau butuh aku ada dan kubantu. aku masih sanggup dengan pilihanmu, tapi kali ini aku tak bisa lagi. aku selalu kalah, dan kali ini pun aku kalah dengan sabarku..   ku ucap "maaf", beranjak kumasuk dan mengunci pintu. langsung kumenuju kamar mandi merendam diri,  nafas yang kuhirup air. tak lagi ingin kudengar kau berkata. esoknya namaku terukir pada batu nisan..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun