Sangat mengharukan membaca surat terbuka yang ditulis oleh Presiden PSSI masa bakti 2015-2019 yang ditujukan kepada Menpora, Imam Nahrawi. Air mata langsung luruh. Seember. Betul-betul sangat menyayat hati.
Pertanyaan besar La Nyalla yang menagih jawaban Pak Menteri adalah, “Saya jadi bertanya. Kejahatan luar biasa apa yang sudah saya lakukan sebagai Presiden PSSI? Sehingga PSSI diperlakukan seolah organisasi terlarang yang harus dibinasakan dari bumi pertiwi ini?
Sekali lagi. Tolong dijawab. Kejahatan luar biasa apa yang sudah saya lakukan sebagai Presiden PSSI? Sehingga PSSI diperlakukan seolah organisasi terlarang yang harus dibinasakan dari bumi pertiwi ini?”
Kasihan banget ya La Nyalla, sampe bikin surat yang mengahru biru begitu. Saya juga merasa gimana gitu saat La Nyalla menulis di bagian akhir begini: Sebagai sesama muslim saya mengingatkan, bahwa Maha Penguasa di atas segala penguasa hanyalah Allah Azza Wajalla. Selama ini saya diam, bukan takut kepada Anda, tetapi saya takut kepada Allah SWT jika sampai Allah SWT menurunkan azab-Nya kepada kalian dan bangsa Indonesia karena penguasa yang mendzolimi rakyatnya.
Wah hebat bener La Nyalla ini. Bisa bikin tulisan yang membuat orang jadi tersihir membacanya. Benarkan semua apa yang ditulis La Nyalla? Dari sisi dia bisa jadi seperti itu. Tetapi kalau dari sisi orang lain belum tentu. Sebab orang menilai seorang La Nyalla dari integritasnya. Apakah integritas dia bisa diakui?
Jujur, banyak orang tak bisa menilai integritas La Nyalla dalam angka biru alias masih diragukan. Sebab itu kejujuran menjadi hal nomor satu.
Bagaimana dia bisa dipercaya kalau tidak jujur? Kejujuran itu sederhana. Mengatakan apa adanya. Tidak berkelit saat ditanya sesuatu, transparan mengerjakan amanah publik. Bagaimana kita mempercayainya kalau orang ini menyembunyikan sesuatu.
Jujur itu mudah jika ia mau melakukannya. Namun La Nyalla begitu sulit untuk diajak dalam keterbukaan. Menpora sudah memintanya namun dia lari dan berlindung dibalik statuta FIFA.
Sesungguhnya Menpora tidak mendzolimi. Justru La Nyalla sendiri yang mendzolimi dirinya sendiri dan terutama sepak bola Indonesia. Itulah jika orang tidak jujur. Apakah menpora takut? Rasanya tidak perlu, sebab beliau jujur ingin memperbaiki sepak bola Indonesia. Kalau hanya disurati La Nyalla lantas menangis, maka akan kiamatlah sepak bola Indonesia.
Sejujurnya, saya merasa lucu membaca surat La Nyalla tersebut. Tidak substantif hanya menjual perasaan melankoli dirinya sendiri saja.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H