Hanya karena dibawah koordinasi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), “Pengurus” PSSI potong kompas menemui Menko PMK Puan Maharani setelah sebelumnya gagal menemui Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.
Apa yang dbicarakan “Pengurus” PSSI dengan Menteri Puan? Itulah yang membuat kita geli. Lha wong Menteri Puan itu tergolong menteri yang sedang belajar, itu juga karena ada Ibunya Mbak Mega yang dedengkot Ketua Umum PDIP. Di bidang politik saja, Mbak Puan baru melek politik, masih dibimbing sana-sini oleh para mentor senior dari partai. Lha tahu-tahu disodori urusan sepak bola yang sama sekali tak dipahaminya.
Di sinilah letak kelicikan sekaligus ketidakkonsistenan para “pengurus” PSSI yang juga para politikus itu. Mereka bilang tidak peduli dengan keputusan menpora dan tidak terpengaruh atas keputusan itu. Lha kok tahu-tahu mereka sowan ke Mbak Puan untuk meminta dukungan. Mbak Puan itu memang tidak tahu sepak bola, jadi sementara hanya bisa menerima apa yang dikatakan rombongan La Nyalla cs itu.
Nanti juga Mabk Puan akan mendapat penjelasan dari Kemenpora. Setelah tahu sedikit lebih baik dengan sepak bola, tentu Mbak Puan akan menyerahkan persoalan itu sepenuhnya kepada ahlinya. Saat ini laporan Kemenpora dipastikan telah diterima oleh Presiden Jokowi, hanya saja karena kesibukannya, soal sepak bola baru akan direspons setelah selesainya Peringatan ke-60 KAA.
Intinya, apa yang dilakukan La Nyalla cs hanyalah ingin memberitahukan kepada khalayak persoalan ketidakpedean mereka. Mereka selalu bekerja atas dasar menyembunyikan sesuatu.
Nanti jika Jokowi harus turun tangan – tapi rasanya tidak, sebab oleh Imam Nahrawi saja sudah cukup-- , itu atas dasar Negara harus hadir untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi rakyatnya. Jokowi cukup mengatakan kepada pak Imam lanjutkan, maka penanganan PSSI oleh negara lanjut.
Akhir minggu ini mungkin sudah akan diumumkan siapa saja yang masuk dalam tim transisi untuk membenahi PSSI terjauh dari para Mafia. Bagaimana dengan kompetsi? Tetap berjalan. Tetapi tidak lagi dikelola oleh PT LI. Tapi Jokdri mengatakan mereka juga akan menjalankan kompetisi dengan 18 klub sebagaimana biasanya. Wah, kalau yang itu akan dilarang oleh Polri. Kalau tetep ngotot, Jokdri bisa memindahkan kegiatannya di Zurich, Swiss kalau mau. Kwakakakakak***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H