Cara Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden keenam Republik Indonesia menjawab tuduhan Antasari Azhar, mantan Ketua KPK, terbilang bernilai rendah, berkelit dan mengalihkan isu.
Selain itu, SBY juga saya nilai seperti sebagian politisi murahan Senayan yang dengan gampangnya menuduh balik tuduhan Antasari itu mendapat restu kekuasaan (=restu Jokowi?).
Kemarin Antasari mengeluarkan pernyataan mengejutkan yang sudah lama dipendamnya. Antara lain, sebelum dirinya dikriminalisasi, saat mengusut kasus korupsi besan SBY Aulia Pohan,Antasari didatangi oleh utusan SBY. Antasari mengatakan Hary Tanoe (CEO MNCGroup) mendatangi kediamannya dan mengaku diutus SBY untuk tidak menahan Aulia. Namun Antasari menolak permintaan tersebut.Â
Antasari bercerita bahwa Hary Tanoe memintanya untuk tidak menahan Aulia karena jika tidak nasib Ketua KPK itu bakal kurang baik. Menanggapi permohonan Hary tersebut, Antasari mengatakan bahwa KPK tidak bisa diinterfensi. Ia memilih memegang teguh SOP yang berlaku  d iKPK.Â
Dalam wawancara di Metro TV kemarin petang, Antasari jugamenyebut nama Ibas, anak kedua SBY memegang proyek IT KPU. Saat Antasari  akan mengusut dugaan korupsi mengenai Proyek IT KPU tersebut justru dirinya keduluan telah dipolisikan. Itulah latar belakang Antasari meminta SBY berterus terang mengenai soal kriminalisasi dirinya.
Namun  SBY tidak menjawab apa yang dituduhkan Antasari. Justru SBY menuduh pemerintah berada di belakang Antasari. Wow, tuduhan SBY kelas politisi Senayan punya.
Kita menunggu tanggapan Pak Jokowi. He he he, tapi, saya harap Pak Jokowi tidak terburu-buru  terpancing ikut mengomentari tuduhan SBY tersebut. Beliau tidak usah takut karena tak ada yang perlu ditakutkan. Biarkan SBY terus berperkara dengan Antasari. SBY juga, nanti bakal berpolemik  dengan Anas Urbaningrum. Anas juga merasa senasib dengan Antasari, merasa dikriminalisasi oleh SBY.
Ngarep SBYmengklarifikasi permintaan Antasari tentu menjadi barang langka. Yang bisa SBY lakukan seperti biasa: ngeles!Â
Gayanya aja gelar konferensi pers, tapi tak ada isinya. SBY hanya pandai membuat pidato kosong yang selalu mudah ditangkis. Pidato SBY sama sekali tak berisi. Hanya ungkapan kesepian biasa seorang yang menderita post power sindrome akut yang sama sekali tidak siap menghadapi kenyataan kehilangan kekuasaan. Selebihnya hanyalah fitnah murahan yang sungguh tidak pantas diucapkan oleh orang yang pernah berkuasa selama dua periode.
SBY sungguh turun derajatmu.***.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H