Senyuman manis masih saja melekat di bibir mungil gadis kecil  Siti Aisyah Pulungan (8), walau hidupnya tak semanis itu. Sejak berumur lebih dari setahun ia dan ayahnya Muhammad Nawawi Pulungan (56) ditinggal pergi wanita yang disebut Aisyah ibu.
Hidup keras mulai dirasakan mereka saat itu. Nawawi harus mengasuh anak semata wayangnya didalam sebuah kendaraan majikan tempat ia bekerja. Aisyah kecil harus rela menghabiskan masa balitanya dari tempat satu ke tempat yang lain.
Ternyata bukan hanya sampai disitu saja perjuangan dan kepedihan yang mereka rasakan. Saat Aisyah berumur 5 thn, Nawawi jatuh sakit yang mengharuskannya berhenti bekerja.
Sementara Aisyah yang harusnya menghabiskan masa kecil nan indah dengan bermain kini setiap waktu harus merawat sang ayah, sehingga ia pun tak dapat bersekolah lagi. Semua harta benda telah habis tuk pengobatan sang ayah, kini hanya tertinggal sebuah becak tempat mereka bernaung.
Setahun lebih Aisyah dan sang ayah hidup nomaden didalam kendaraan 1x2m yang tak beratap itu. Bila malam ataupun hujan tiba mereka akan sedikit bergeser ke halaman atau teras rumah-rumah warga disekitar Mesjid Raya Al-Manshun.
Sejak banyak pemberitaan tentang Aisyah di media, pemprov SUMUT pun mengambil tindakan. Dan kini Aisyah dan Ayahnya telah di beri tempat serta pengobatan secara gratis di RS.Dr.Pringadi Medan. Aisyahpun dapat kembali bersekolah, walau ia harus tetap menjalankan baktinya sebagai seorang anak, merawat sang ayah.
[caption id="attachment_327817" align="alignnone" width="640" caption="Kisah mengharukan dari bocah perempuan berusia 8 thn "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H