Mohon tunggu...
Muhamad Tajul Mafachir
Muhamad Tajul Mafachir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Omdurman Islamic Univ

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Soeparman; Anjing Menggonggong, Kafilah Tetap Berlalu

26 November 2012   19:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:38 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anjing menggonggong kalian terus berlalu

Sambil menggonggong kalian terus berlalu

Ha ha, hi hi…… (Negri Ha Ha Hi Hi, KH Musthofa Bisri)

Sepenggal puisi tersebut menjadi pembuktian terhadap kebenaran peribahasa kita.  Terhadap fakta dan realita yang menggeluti negri ini. Jati diri bahkan kabur, terlelap di ruang ambisi. Di sepi identitas, dewasa ini, manusia malah gemar membius –agar tak sadar diri, terhadap mayat. Seperti ketakutan terhadap malaikat izrail, mereka seolah sedang melempar batu ke sesama dalang. Kembali, karena takut. Pengecut !

Sekonyong konyong, Soeparman berasumsi. Bahwa title yang sedang ia sandang sekarang, sebagai bagian dari bangsa wereng. Sangatlah lebih baik dari bangsaku;Manusia. Di bangsa wereng, menjunjung tinggi toleransi, menghargai pendapat dan tidak saling mencuri –sesama bangsa sendiri. Bangsa wereng, dipimpin oleh wereng Senior, Soeparman sering memanggilnya Shifu. Shifu, Selalu memberikan pengayoman yang terbaik untuk kepentingan Hak, Kewajiban dan Kewerengan bangsanya, sebagai perjanjian lama dengan raja Singa (Presiden umum hewan).

Memang wereng dan manusia itu berbeda, kata Soeparman, Celetuk. Bedanya, Jika manusia dengan otaknya bisa memutar balikan perspektifnya, maka tidak untuk bangsa wereng. Yang hidup, menggunakan naluri dan insting bawaan.

Sebenarnya, dengan dicuatnya pemberitaan mengenai terungkapnya kasus century beberapa tahun lalu, Soeparman sudah mulai tidak berminat menanggapi setiap berita hangat media. Pemberitaan yang tanpa kejelasan, baginya memberikan sakit hati dan kekecewaan yang mendalam, bagi rakyat kecil, bahkan sekecil wereng. Saat itu, pada kongres wereng se –nusantara, dibacakannya sumpah wereng, yang kebetulan dibacakan oleh Soeparman. Pada intinya, bangsa wereng hendak kembali ke khittoh; kembali ke jalan wereng. Yang acuh terhadap issu dan polemic, yang sebelumnya, setelah gusarnya media pers atas jasa besar Soeparman dkk, sumbangsih jasanya untuk mengungkap mafia kasus melalui aksi penyadapannya. Mereka sadar, ternyata hanya bunga bunga bangkai.

Bahkan vonis hukuman bisa diskon hingga 80%. Kata Soeparman, mengelus dada.ketika mendapati pemberitaan media, adanya penipuan dengan modus surat korting masa tahanan dari MA. Untung semua ini hanya kedok penipuan dan sudah terungkap. Dan pihak MA (Mahkamah Agung) telah melakukan penyelidikan, dan menyatakan bahwa itu semua pemalsuan.

Jika demikian benar bangsa ini sudah dikerumuni oleh orang orang penipu, maka dimana kelak, Soeparman meramalkan. “Kelak, bangsamu Sudah tidak lagi merasakan mana yang asli atau palsu”, kata Soeparman, menasihati.

Bagaimana mungkin menemukan penipu diantara para penipu?, katanya meruntuhkan kediamanku yang semakin abadi. Malu menjadi manusia, rasanya ingin aku segera berbai’at ke Soeparman, untuk ikutan menjadi wereng.

“maka yang ada hanya saling tuding, saling tuduh, lempar batu !”, sekali lagi, Soeparman memandangku dengan tajam. Lantas, negeri ini akan dikotori oleh orang orang yang berkilah dan berbelit?

Dulu kita bergentoyongan, serembak membela langkah KPK. Masyarakat berbondong mendukung buta setiap langkah yang KPK ambil, ketika tersangkut persoalan dengan POLRI. Diramaikan, dengan ditangkapnya salah satu penyidik KPK oleh POLRI. Sekarang?

Anjing menggonggong kalian terus berlalu

Sambil menggonggong kalian terus berlalu

Ha ha, hi hi…… (Negri Ha Ha Hi Hi, KH Musthofa Bisri)

Soeparman menaikan nada suaranya, membacakan kepada saya sepenggal bait puisi. Selepasnya, kami pun larut dalam tawa yang mencuri perhatian pengunjung lainnya. Masih di café yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun