Puluhan burung pipit, gereja, dan jalak –tentunya, dengan warna khas mereka, berlarian di sela taman, dan pepohonan. Tak sesekali mereka bersamaan berputar diatas, mengitari Ki Kramat yang sedang asik dengan koleksinya; Keris pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten.
**************************
Pertemuan akbar, acara jamu makan makan di bale Soeparman masih berlanjut hangat. Apalagi dengan kedatangan orang-orang dekatnya; Dasiyo, Suwito dan Waluyo. Mereka lah yang selalu menceriakan kehidupan Soeparman. Benar, bertemu teman dan sahabat, ternyata benar benar menghalau kesedihan.
“Panjenengan, panjenengan masih sibuk dengan urusan ternak ayam to?”, sela Waluyo, memulai percakapan, Waluyo, sahabat Soeparman yang paling muda diantara ketiganya.
“ah, Sudah ndak kang, sekarang saya sibuk ternak burung ….!??”, jawab Soeparman sumringah, disambut sulutan Taji Mas.
“Hati hati dek Parman, sekarang lagi musim flu burung. Apa tidak takut dek parman tertular, kan eman kalau Drasmi janda muda”, sambil terkekeh Suwito menghangatkan dingin malam.
Pertemuan diantar sekawanan; Soeparman, Dasiyo, Suwito dan Waluyo ini. Merupakan pertemuan yang langka, terakhir mereka bertiga bertemu Soeparman di kedai Kopi milik bu kaji Nurtati, di emperan jalan Prapapanca, kecamatan AbalAbal, Kota AinginAngin –Kota yang terletak ditengah (kawah) kitaran gunung Condromukti dan Sidoresmo, sekitar kurang lebih 180 kilo dari kota Santren.
“Dek Parman kan masih emut to, Istrinya kang Naluri, Sulastri. Sekarang Men-Janda lho. Suaminya mati kena Plu Gemek, katanya orang desa Ambirangun, Dusun sebelah”, Lanjut Suwito.
“Iya, tapi itu dulu kang Wit, sekarang sudah ndak. Ngestino sudah tidak memberitakan issue itu. Itu sudah disamber kabut Wedus Gimbal”, tangkas Soeparman.” Malah yang lagi dibicarakan pak Sesno, -Wartawan senior Koran Ngestino, itu mengenai kebebasan pers..”, Lanjutnya.
“oo… Kuwi….”, Dasiyo mulai angkat bicara. “jan jane, itu sudah sudah mulai dirintis semenjak lama lho, Komisi Hutchins (1042-1947) nan. Ya, Hutchins itu yang cetuskan teori tanggung jawab Sosia”, Lanjut Dasiyo, penuh semangat.
“ngeng, undang –undange baru diblur- kan tahun 1999 (1), jaman palenggahan Ki Kramat”, tandas Waluyo.