Mohon tunggu...
Mae Purple
Mae Purple Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Teacher | Goweser | Nice Mom | Dreamer | Creative/ Smile

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senyum di Ujung Senja XIII

12 September 2014   04:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Matahari terus beranjak tinggi menyinari kehidupan duniawi yang penuh liku-liku penghuninya, semua insane yang semangat terus berpacu mengejar tingginya matahari demi isi perut dan kahidupan selanjutnya,sepasang suami istrei yang berada di sebuah kontrakan mungil ini serasa tak perduli dengan kehidupan di luar rumah, mereka masih terbuai dengan keindahan perkawinannya yang sudah satu tahun.

Hari senin Anah dan Sandy sepakat untuk cuti satu hari karena masih ingin merasakan kebahagiaan perkawinannya, mereka sengaja setelah sholat subuh melanjutkan lagi tidurnya, mata mereka seakan juga ikut kompromi untuk terus tertutup seolah-olah mengerti dengan keadaan si-empunya.

Jam berdetak terus sesuai arah putarnya, tiba-tiba ada suara berteriak di depan pintu sambil mengetuk-ngetuk pintu, “tante!, tante!, om Sandy!, Asalamualaikum!”

Anah membuka matanya setengah terperanjat, ya!, waalaikum salam!” sambil bergegas memakai daster yang lebih panjang.

“ni ada surat tante!, emang ga kerja tan?”

“o..ya lagi pengen cuti, makasih ya bu!” Anah berusaha senyum kepada wanita separoh baya salah satu tetangganya yang memberikan sepucuk surat.

“ya sama-sama, tadi ada tukang pos”

“ya bu”

Anah langsung membuka surat dan membacanya, “pah!, pah!

Anah langsung membangunkan suaminya, “pah, lihat ini surat panggilan kerja!”

“hmmm…” Sandy masih belum membuka matanya. “Apa sih mah?”

“coba lihat ada surat panggilan pah!”

Sandy baru mendengar jelas, ia langsung bangun dan merebut surat itu dari tangan Anah “ coba sini aku baca!”.

“kayanya itu pabrik oyomotif yap ah?”

“iya, hari ini mah, tolong siapin baju yang rapi ya mah, aku mau mandi!”

“oke sayang!”

“jangan lupa kopinya!”

“siap bos!”. Anah langsung siapkan baju Sandy, sarapan, dankopi hitam kesukaan suaminya. Sandy sudah siap untuk berangkat, kebetulan di hari itu ia cuti, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

“mah do’ain ya!” Sandy menyodorkan tangannya untuk salim dan mengecup kening Anah.

“semoga berhasil ya pah”

“amin”

Sandy pergi ke sebuah pabrik dengan penuh harapan untuk di terima, karena selama ini pekerjaannya berpenghasilan pas-pasan, Sandy berharap kali ini kehidupan ekonominya lebih baik.

Setelah Sandy pergi, Anah melaksanakan sholat Duha, membantunya untuk meminta pertolongan Allah agar suaminya di mudahkan dalam proses penerimaan karyawan di pabrik itu.

Selepas asar, Sandy baru pulang, Anah menyambutnya dengan membawakan secangkir tehhangat, agar Sandy terlihat segar.

“gi mana pah?”

“Alhamdulillah mah tes tadi, lulus, minggu depan wawancara terakhir”

“Alhamdulillah!, mudah-mudahan lancar ya pah?!

“amin”

“ya udah papa mandi dulu ya!”

“ya udah pake air hangat yap ah?”

“ga usah mah, masih sore ini”

Setelah mandi, Sandy dan Anah melanjutkan sholat magrib berjamaah, dan makan malam dengan lauk sederhana.

Setelah mengikuti wawancara Sandy di terima bekerja di sebuah perusahaan otomotif besar di Jakarta Timur, salari yang di tawarkan lebih besar dari tempat kerja yang lama, Anah merasa bersyukur karna ini akan merubah kehidupan ekonominya.

Sebulan sudah Sandy bekerja di tempat baru, Anah sudah bisa membeli barang-barang pelengkap rumah, mulai dari televise 14’, mesincuci, dan kulkas.

Anah mulai berbadan dua lagi, Anah merasa beban hidupnya lebih ringan, kerjanya juga lebih santai karena Anah di pindahkan di tempat yang lebih ringan.

Anak pertamanya lahir perempuan yang lucu dan jelita, Sandy merasa ini adalah rizki Allah yang sangat besar lengkap sudah kebahagiaan mereka berdua dengan anaknyaa yang di beri nama Liana Ramadani. Kini Anah dan Sandy juga membeli sebuah rumah di kota Bekasi.

Liana begitu panggilan gadis itu, sudah masuk usia satu tahun, Anah mulai mengandung anak kedua, pembantu yang mengasuh Liana pulang kampung, Anah merasa kerepotan karena harus bekerja, mengurus anak dan mengandung, tiba-tiba rasa lelah itu datang ia memutuskan untuk berhenti bekerja ingin mengurus rumah tangganya sendiri di rumah sebagai pengabdian seorang istri kepada suami.

“pah! Gimana kalau mama berhenti bekerja saja ya?”

“memang kenapa?” Sandy mau tahu alasan Anah berhenti bekerja

“ya…Lia ga ada yang ngasuh, aku juga cape pengen di rumah saja ngurus anak-anak”

“ya udah terserah mama aja nanti jangan kaget kalau hanya tunggu gaji satu”

“maksudnya?” anah kurang paham yang di maksud suaminya

“ya kamukan biasa dapat gaji sendiri, nanti hanya gaji dari aku saja”

“ooh..ya udah gapapa pah”

“ya udah terserah mama aja”

Akhirnya Anah mengajukan pengunduran diri, lumayan dapet pesangon 15 juta bisa buat modal usaha di rumah, Anah buka usaha berdagang pakaian muslim dengan cara kredit, Anah ikut aktif di pengajian, di lingkungan RT, agar banyak langganan yang mau beli dagangannya.

Liana kini berusia lima tahun kini ia duduk di Taman kanak-kanak, Anah mulai bosan dengan kegiatan berdagangnya, saat itu seorang temannya menawarkan untuk membantu mengajar TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an), karena Anah pandai membaca Al-qur’an dengan suaranya yang merdu. Anah merasa tertarik untuk menerima tawaran itu.

Kernyata mengajar punya kepuasan tersendiri, ketika anak yang di beri pelajaran dapat menguasainya, hati Anah merasa senang dan puas.

Waktu terus berlalu tak terasa Liana sudah duduk di kelas 3 Sekolah Dasar, Anah akan memberinya adik, kini usia kandungan Anah memasuki usia 8 bulan, dan mulai cuti untuk mempersiapkan kelahiran anak ke duanya .

Sandy sangat mengharapkan anak keduanya lahir laki-laki, agar lengkap keluarga yang di pimpinnya dengan anak dua cukup sesuai anjuran pemerintah.

Senin pagi Anah mengeluh perutnya sakit, mules, dan lemas, Sandypun siap mengantar ke Rumah sakit untuk memeriksa kandunganAnah yang sudah waktunya melahirkan, Anah terlihat sangat lemah tak bertenaga, Dokter memutuskan untuk di perasi, karena takut Anah tak sanggup melahirkan secara normal, dan kehabisan tenaga.

Proses operasi berjalan lancar lahirlah bayi laki-laki dengan berat badan 3,5kg, terlihat sangat sehat, lengkaplah kebahagiaan sepasang suami isteri ini.

Setelah Anah merasa lebih sehat, Sandy mengajaknya pulang, dengan hati bahagia mereka pulang, Liapun sangat senang dengan kehadiran Dodi kelana begitu Sandy memberi nama anak laki-lakinya dengan nama panggilan Dodi.

Semakin hari Dodi tumbuh menjadi anak yang soleh di sekolah selalu juara hafalan Al-Qur’annya, ada perbedaan pada Lia, Ia tumbuh jadi gadis yang pendiam, pemalu tidak pernah Lia mengikuti lomba apapun, lebih suka main sendiri, bila ada pertanyaan dari guru Ia tidak mau menjawab, Lia juga mendapat nilai yang pas-pasan, mungkin proses lahirnya yang mengalami hambatan, bisa mempengaruhi keadaan fisiknya, sehingga membuatnya kurang percaya diri.

Keluarga kecil ini terlihat bahagia ketika berkumpul bersama terlihat saling tertawa bahagia, Anah sangat bersyukur kepada Allah yang sudah memberikan kenikmatan kepada keluarganya.

Setiap hari Anah mulai sibuk lagi di TPA , berangkat setelah ashar ketika sebelum Maghrib baru pulang, karena murud di TPA tersebut sangat banyak, sehingga dengan enam guru belum terkafer semua. Karena Anah tergolong Guru yang bisa di andalkan dan rajin, ketua Yayasan menawarkan untuk mengajar Taman Kanak-kanak yang masih satu Yayasan. Anah merasa senang, tapi walau bagaimanapun Anah harus ijin Sandy sebagai Kepala keluarga.

“yah, aku di tawari membantu ngajar di TK oleh ketua Yayasan, boleh ga?”

“memang boleh ijasah SMA”?

“ya katanya nanti boleh sambil kuliah”

“ya kalau menurut mama baik dan mama senang, ayah terserah mama”

Anah senang sambil mencium pipi suaminya “terima kasih sayang!”

Anah langsung mempersiapkan surat lamaran untuk melamar di TK.

Sekitar dua minggu Anah mengajar di TK, Anah langsung cari-cari perguruan tinggi yang bagus dan terjangkau biayanya, karena Anah tidak mau merepotkan Sandy dalam hal biaya kuliah, kalau nanti sudah berjalan, Anah berusaha biaya sendiri hasil kerja kerasnya mengajar di TK dan TPA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun