Mohon tunggu...
Mae Purple
Mae Purple Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Teacher | Goweser | Nice Mom | Dreamer | Creative/ Smile

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senyum di Ujung Senja XI

8 Desember 2013   21:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Malam kelam lambat laun berlalu, angin berhembus merdu, rintik hujan menggelitik dinginnya malam tak dirasakan Anah yang asik melamun mengingat peristiwa yang sudah berlalu, sepanjang malam matanya tak dapat terpejam, seakan pilu hatinya ikut berlalu bersama malam itu dan berharap esok bertemu hari cerah nan indah bersama laki-laki pujaannya serta si buah hati pengganti yang sudah Tuhan ambil.

Tiba-tiba dekapan hangat datang dari arah belakang sambil terdengar suara lirih karena Sandy mengantuk “sayang…sudah dong jangan melamun saja, kita harus ikhlas, ini adalah cobaan Allah kepada kita, mudah-mudahan sang pencipta menggantinya dengan anak yang lebih baik, dan soleh”

“amin ya Robbal alamin” Anah mengaminkan do’a suaminya sambil membalikan badannya. Anah menemukan kelembutan seorang suami yang matanya memancarkan cinta begitu besar untuknya.

Sandy menggandeng Anah masuk dan menenangkannya agar Anah bisa melupakan peristiwa yang memilukannya lalu tertidur.

Masa cuti Anah sebenarnya belum habis, tapi Anah merasa di rumah sangat bosan tanpa kesibukan, akhirnya Anah memutuskan untuk kembali masuk kerja mulai Senin lusa.

“pah…hari Senin aku masuk aja ya? Mama bosan di rumah terus ga ada kegiatan”

“emang mama udah sehat ?

“kata dokter sih kemarin bilang udah sehat”

“ya terserah mama hati-hati saja”. Anah mengangguk

Hari senin Anah mulai sibuk lagi dengan pekerjaannya, teman-teman semua menyambut dengan gembira. Atasan Anah pa Robbi juga senang karena Anah tergolong karyawan yang rajin, dan punya dedikasi yang tinggi.

Kehadiran Anah di pabrik itu membuat teman-teman semangat karena kewibaannya, keceriaannya yang membuat mereka selalu semangat bekerja, walaupun target hari itu sangat tinggi, mereka tak merasakan capenya bekerja.

“lembur-lembur ya!” Anah memberi aba-aba di ujung line agar teman-teman bersedia lembur.

“oke bos !” mereka hampir serempak menjawab.

Sekitar pukul 21.00 Anah sampai di ujung gang sudah di jemput sang suami tercinta

“Assalamualaikum, pah!”

Anah bersalaman dengan Sandy

“waalaikum salam!” Sandy langsung menggandeng tangan Anah dengan senyum

“cape ga say?”

“capenya sudah hilang karena….”

“karena apa”

“karena…ada papa tercinta di dekatku” Anah tersenyum manja

Sandy mencubit pipi Anah gemes.

Sampai di rumah Anah langsung mandi air hangat yang sudah di siapkan Sandy.

Terasa segar tubuh Anah seakan lelahnya hilang terbawa air yang mengguyur tubuhnya. Kini Anah bisa tertidur dengan nyenyak tanpa beban pikiran lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun