Banyak mendengar orang bercerita bahwa kita akan mengalami puber kedua ketika usia mencapai 39-50 tahun. Ha…ha…terdengarnya sangat lucu sih…tapi seru juga.
Masa remaja di sebut masa puber atau masa akil baliqh merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Seseorang yang memasuki masa remaja di tandai dengan beberapa perubahan baik yang tampak (terlihat langsung), atau yang tidak tampak ( tidak terlihat), saat ini yang ingin saya bahas, bukan pubernya remaja atau puber pertama, tapi puber-puber selanjutnya yang akan kita alami setelah berumah tangga dan usia di atas separoh baya.
Penyabab munculnya pubertas ini adalah hormone yang di pengaruhi oleh hipofisis (pusat dari seluruh system kelenjar penghasil hormone tubuh. Pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormone –hormon seks sehingga alat-alat produksi terus berfungsi dan tubuh mengalami perubahan, jika pada remaja, perubahan fisik, jika pada orang dewasa di atas usia 30 tahun apa ya?
Hormone seks yang mempengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesterone yang di produksi di indung telur, sedangkan pada laki-laki di produksi oleh testis dan di namakan testosterone. Hormone-hormon tersebut ada di dalam darah dan mempengaruhi dalam alat-alat dalam tubuh sehingga mendorong perasaan dan perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu yang bisa memuaskan perasaan dan keinginannya.
Dari pengamatan dan survey, banyak di temukan perselingkuhan di usia 30-50 tahun, di mana masa puber ke 2 atau ke-3 (begitu saya sebut) datang, tapi sang suami/istri belum siap atau bahkan tidak tahu bahwa masa puber itu sedang di alami pasangannya ( masa ini cenderung di alami oleh laki-laki), sehingga, (missal suami yang sedang puber), sang suami mencari di luar rumah dan terjadilah perselingkuhan. Akan berakhir dengan perceraian.
Ketika terdengar cerita – cerita perselingkuhan dan berakhir dengan perceraian, tak sedikit para remaja dan pengantin baru enggan untuk menghadapi masa tua, sehingga muncul perilaku yang terkesan analog dengan perilaku remaja 17-20 tahun. Sehingga menanggapi perasaan berlebihan, menyangkut sikap yang heteroseksual, romantisisme dan minat psikoseksual kepada perempuan remaja yang membawa konsekwensi gangguan hubungan perkawinan sehingga berakhir dengan perceraian.
Kenalilah pasanganmu ketika masa puber ke-2 datang
Cirri-ciri
1.Ia selalu ingin di hargai
2.Merasa ingin di perhatikan
3.Membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah
4.Butuh perasaan di terima di mana saja ia berada
5.Butuh dukungan dan arahan
6.Ingin selalu tampil beda agar menarik perhatian
Krisis emosional
Pada puber kedua, kebutuhan akan gairah kasih timbale balik dengan pasangan, romantisme dalam jalinan kasih, dan rasa aman dalam kehidupan perkawinan muncul dalam permukaan. Muncul pula kebutuhan akan penghargaan eksistensi diri yang utuh dalam peran sebagai istri/suami.
Kenyamanan Psikologis
Bila kebutuhan dasar ini dipenuhi oleh masing-masing pasangan tidak akan ada masalah bagi pasangan yang sedang puber kedua.
Bagi laki-laki yang sedang puber kedua lebih bersemangat, maka sang istri harus bisa menyesuaikan, sedangkan istri/perempuan di usia 40-45, cenderung semakin lesu, dan kurang bergairah, jika ini tidak di komunikasikan akan timbul konflik, tapi bila ada komunikasi yang baik dengan pasangan, maka tidak akan masalah yang ada kemesraan dalam rumah tangga.
Lakukanlah sesuatu agar anda dan pasangan terasa rileks, santai, romantic, lakukan sesuatu yang baru, buatlah kebahagiaan berdua mengulang memori kebahagiaan dulu.
Lewatkan puber kedua dengan kebahagiaan, dengan cara menyenangkan, puber kedua bukan lagi masalah yang harus di takuti, tapi jadikan sebagai memory yang indah bersama pasangan anda.@maepurple
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H