pelayanan KB di wilayahnya. Salah satu fokus utama dalam evaluasi ini adalah menurunkan angka unmet need atau ketidakmampuan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk mendapatkan layanan KB. Program ini juga bertujuan mendekatkan DIY pada target nasional dalam penurunan unmet need, yang ditetapkan sebesar 8% pada tahun 2023.
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama dengan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) melaksanakan evaluasi mendalam terhadap programMenurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, DIY berhasil menurunkan angka unmet need hingga 14,6% pada 2023. Namun, angka ini masih jauh dari target nasional. BKKBN DIY kini melakukan analisis lebih lanjut terhadap data Sistem Informasi Keluarga Berencana (SIGA) tahun 2022 dan 2023 untuk memahami kendala dan faktor-faktor penentu keberhasilan program tersebut.
Evaluasi ini dilaksanakan bersumber dari data SIGA dengan diberikan kepada tim kerja LAPTIK (Pelaporan dan Statistik) dan tim kerja Akses KBKR (Akses, Kualitas Layanan KB, dan Kesehatan Reproduksi), yang masing-masing berperan dalam pengelolaan data serta memastikan keterjangkauan dan kualitas layanan KB di DIY. Hasil analisis ini diharapkan menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan yang mampu menurunkan angka unmet need lebih signifikan. Adapun Setalah dilakukan analisis data, ternyata faktor-faktor determinan yang berhubungan signifikan secara statistik terhadap persentase unmet need di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2022 adalah peserta KB aktif, tempat pelayanan KB, pengguna MKJP, dan pengguna non MKJP. Kemudian faktor-faktor yang berkorelasi terhadap variabilitas unmet need di DIY pada tahun 2023 adalah peserta KB aktif, tempat pelayanan KB, dan Pasangan Usia Subur (PUS).
Intervensi ini dirancang dalam dua tahap. Tahap pertama meliputi pemberian advokasi melalui laporan evaluasi dan policy brief kepada anggota Tim Kerja LAPTIK dan Tim Kerja Akses KBKR pada 21 September 2024. Laporan tersebut berisi pemetaan unmet need di DIY dan hasil analisis statistik terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap angka unmet need. Adapun variabel yang diikutsertakan dalam analisis antara lain persentase unmet need, persentase peserta KB aktif, persentase peserta KB baru, jumlah tempat pelayanan KB, jumlah pus, persentase pengguna MKJP, persentase pengguna non MKJP, dan persentase penyuluh KB.
Tahap kedua, setelah penyampaian laporan, tim diberikan jeda waktu selama lima hari untuk melakukan diskusi internal mengenai temuan dan rekomendasi laporan. Diskusi ini bertujuan untuk menampung masukan serta menetapkan langkah strategis dalam meningkatkan pelayanan KB di DIY.
Selama program ini berlangsung, sebanyak 13 orang anggota dari kedua tim kerja telah dilibatkan. Pada akhir pelaksanaan, setiap anggota diminta untuk memberikan penilaian terhadap laporan melalui lembar evaluasi yang disediakan. Penilaian ini akan menjadi dasar dalam memperbaiki program pelayanan KB ke depan.Â
Diharapkan, laporan ini akan menjadi acuan dalam menetapkan kebijakan yang lebih tepat sasaran demi meningkatkan kualitas layanan KB dan menurunkan angka unmet need di DIY. Dengan adanya program intervensi ini, BKKBN DIY menunjukkan komitmennya dalam mendukung Pasangan Usia Subur untuk membentuk keluarga berkualitas dan sejahtera, serta mempercepat pencapaian target nasional dalam penurunan angka unmet need.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H