Sensei Sarah memiliki tiga murid les yang unik. Les baru sekitar satu bulanan berjalan. Uniknya setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing.
Ara anak yang pertama kali dikenal Sensei Sarah yang diminta ibunya untuk ikut les, dengan keistimewaan lambat memahami ilmu matematika dasar seperti angka dasar bilangan 1 sampai seratus pun ia belum hafal. "Sungguh unik" pikir Sarah. Sedangkan ibunya meminta untuk diajarkan anak ini berhitung perkalian. Atas permintaan ibunya Sarah menerima Ara sebagai murid lesnya.
Hari pertama Ara masuk les dia menunjukan buku pelajarannya dengan materi "Bilangan Pecahan".
Sebelum memulai pelajaran kami saling berkenalanÂ
"Namanya siapa nak?"tanya Sensei Sarah.Â
"Ara, kak.." jawab Ara. "Hi hi hii... panggil kakak haa...ada-ada saja ini bocah manggil kakak, anak remaja/anak SMA masih mending panggil kakak, laah ini bocah jauh tanah kelangit manggil kakak hee.. aya aya wae...apa aku nampak terlalu muda dihadapannya?" tertawa geli Sarah dalam benaknya.
Sarah bukan tipe orang yang mudah geeran mendengar Ara bilang kakak dia tetap dengan mimik wajah biasa saja walau dalam batinnya tertawa geli hi hi hii..
Karena Ara menunjukan buku pelajarannya yang membahas pecahan maka Sarah bertanyaÂ
"Ara sudah paham belum dengan pecahan ini?"Â
"Belum kak" jawab Ara