Saya pasti bisa menulis populer. Mengapa? Karena begitu banyak hal yang bisa menginspirasi saya. Ide menulis bisa muncul dari dan di mana saja. Apa yang saya lihat bisa menginspirasi.Â
Apa yang saya baca kadang-kadang memancing saya untuk mulai menulis. Apa yang saya dengar juga bisa mendatangkan ide untuk mulai menggerakkan tangan untuk mulai menulis.
Apalagi saya yang suka menjelajah hutan. Melihat dan merasakan hal baru yang kadang tak terduga. Merasakan buaian alam yang menghibur. Bisa berjumpa dengan beragam satwa. Suara-suara serangga dan burung yang menciptakan orkestra yang khas. Membuat ide-ide liar untuk menulis berdatangan.
Karenanya saya hanya perlu lebih peka lagi agar mudah teransang menggerakkan jemari memulai kata pertama. Dengan begitu jika sudah terinspirasi dengan sendirinya jemari ini begitu lincah hingga satu artikel tandas.
Apalagi di zaman milenial ini, membuat menulis begitu mudah. Memudahkan saya memperoleh informasi maupun data tambahan dari tema yang akan saya tulis. Hanya perlu mengetik beberapa kata kunci, mesin pencarian komputer dengan sendirinya menawarkan beribu pilihan.
Jadi tak ada alasan saya untuk tidak mulai menulis populer. Apalagi menulis sudah saya anggap sebagai hobi. Jadi rasanya ada yang kurang jika dalam sehari tidak menulis.Â
Paling tidak membuat caption atau status di media sosial. Apalagi saya sebagai salah satu admin media sosial di kantor, membuat saya dituntut untuk menghidupkannya.
Apa yang diperlukan agar kemampuan menulis terjaga?
Membaca. Ya.. salah satunya membaca. Mengapa? Karena dengan membaca kita mendapatkan sesuatu atau pengetahuan dari sana. Membaca juga membuat kita memiliki lebih banyak kosakata baru.Â
Menjadi amunisi saat kita menulis. Karena begitu banyak kosakata Bahasa Indonesia yang selama ini jarang, atau bahkan tidak pernah kita gunakan.
Membaca apa? Apa saja. Buku, majalah, koran, artikel daring, atau bahkan status orang lain di media sosial. Saya jadi teringat dengan pesan salah satu teman sekaligus mentor menulis saya. "Banyaklah membaca, luaskan pengetahuanmu. Open mind," kata Agus Prijono, kontributor National Geographic Indonesia, beberapa bulan lalu saat bertandang ke Makassar.