Mohon tunggu...
Maelika Aryani
Maelika Aryani Mohon Tunggu... Guru - Guru/SMA Muhammadiyah 4 Jakarta

Seorang guru dengan hobi menulis adalah pendidik yang tidak hanya menginspirasi melalui pengajaran, tetapi juga melalui kata-kata yang dituangkan dalam karya tulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alvi Noviardi: Guru yang Berjuang di Tengah Kesulitan

17 November 2024   14:54 Diperbarui: 17 November 2024   15:01 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap pagi, Alvi Noviardi mengenakan seragam rapi dan membawa tas usangnya menuju sekolah. Ia adalah seorang guru honorer di sebuah desa kecil. Dengan senyuman tulus, ia menyapa murid-muridnya meski ada beban berat di pundaknya. Gaji sebagai guru honorer yang ia terima jauh dari cukup, bahkan sering kali tak mampu menutupi ongkos transportasi ke sekolah. Namun, semangatnya untuk mencerdaskan anak bangsa tak pernah padam. 

Ketika bel tanda pulang berbunyi, Alvi tak langsung kembali ke rumah. Ia mengganti seragamnya dengan pakaian biasa, lalu berjalan menyusuri jalanan desa dengan karung di tangannya. Alvi menjadi pemulung, mengumpulkan botol plastik dan barang bekas di sepanjang jalan. "Ini bukan pekerjaan yang memalukan," katanya kepada salah seorang temannya yang kebetulan melihat. "Yang memalukan adalah menyerah pada keadaan." Barang-barang bekas yang ia kumpulkan dijual ke pengepul, dan uangnya ia gunakan untuk ongkos ke sekolah keesokan harinya. 

Di kelas, Alvi tak pernah menunjukkan rasa lelahnya. Ia mengajarkan matematika, bahasa Indonesia, dan kehidupan kepada murid-muridnya dengan penuh semangat. Murid-muridnya tak pernah tahu bahwa guru mereka, yang selalu tampak ceria, harus berjuang keras untuk bisa hadir di kelas. Bagi Alvi, pendidikan adalah jalan bagi anak-anak desa itu untuk mengubah nasib, sesuatu yang mungkin tak pernah ia rasakan sepenuhnya. 

Suatu hari, kisah Alvi mulai tersebar di media sosial setelah seorang murid diam-diam memotret sang guru sedang memulung di pinggir jalan. Banyak orang yang terinspirasi oleh ketulusannya. Beberapa donatur mulai membantu, memberikan dukungan finansial untuk membantunya mengajar tanpa harus memulung lagi. Namun, bagi Alvi, bantuan tersebut hanyalah bonus. "Yang paling penting adalah anak-anak ini bisa bermimpi besar," katanya. "Karena impian merekalah yang membuat saya terus berjalan." 

Kini, Alvi bukan hanya seorang guru, tetapi juga simbol perjuangan dan pengorbanan. Kisahnya menjadi pengingat bahwa meski berada dalam keterbatasan, semangat untuk memberi dan berbagi tidak pernah boleh padam. Alvi adalah bukti nyata bahwa seorang guru, meski sederhana, dapat menjadi pahlawan bagi generasi penerus. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun