Dr. (H.C). K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa dengan Gus Dur, merupakan salah satu pemimpin politik yang menjadi presiden Indonesia ke eempat pada tahun 1999-2001. Gus Dur terpilih menjadi presiden Republik Indonesia setelah menang dalam pemilu pada bulan Oktober 1999. Gus Dur menjadi salah satu tokoh kunci dalam masa masa transisi Indonesia dari rezim Orde Baru menuju masa reformasi. beliau pernah menjabat sebagai presiden tak lama pasca runtuhnya Orde Baru.
Meskipun Gus Dur menjabat Presiden Indonesia cukup singkat yakni hanya 22 bulan, beliau telah banyak memberikan perubahan yang signifikan bagi pembangunan negara dan masyarakat. mulai dari naiknya perekonomian negara, menurunnya jumlah kemiskinan, proses demokratisasi negara yang semakin terbuka. dan juga melakukan pemberdayaan yang diorientasikan kepada pembangunan kualitas sumber daya manusia yang secara mandiri dapat mengembangkan seluruh potensi guna mencapai kesejahteraan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Gus Dur mengambil langkah penting untuk mengatasi krisis ekonomi dan melakukan perbaikan kondisi ekonomi nasional dengan membentuk DEN (Dewan Ekonomi Nasional) dilandasi dengan Keppres No. 144 tahun 1999 yang bertugas dalam pengkajian masalah masalah ekonomi, menanggapi masalah ekonomi yang ada di masyarakat untuk diajukan kepada presiden, dan melaksanakan penugasan lain dibidang ekonomi. namun tidak lama DEN ini dicabut pada tahun 2000 sesuari dengan ketentuan Keppres No. 122. dan beliau mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang didirikan oleh PBNU dengan ketuanya Gus Dur dan bekerja sama dengan Bank Summa miliki Edward Soerdjaya pada tanggal 1 Juni 1990 di Jakarta. BPR bertujuan untuk membagun jaringan bank pedesaan dan mengelola dana pedesaan sehingga dengan adanya BPR usaha usaha yang dilakukan dapat berlangsung lebih produktif dan terdukung akan dananya.Â
Selain itu,beliau juga mendirikan partai politik yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang diresmikan pada 23 Juli 1998 di Pondok Ciganjur milik Gus Dur. Secara terbuka Gus Dur mengakui bahwa salahsatu fungsi partai ini adalah dalam rangka melawan dominasi Golkar dalam pemilihan umum. Pada pemilu legislatif pada bulan Juni 1999 PKB secara resmimengikuti pemilu.Â
Pada pemilu terebut PKB mendapatkan suarasebanyak 12%. Yang itu kalah jauh dengan suara PDIP yangmemenangkan suara dengan perolehan 33% suara. Dengan begitu perkiraan PDIP akan menang dalam pemilihan presiden cukup besar. Akan tetapi kekuatan PDIP tidak memiliki mayoritas suara, hal tersebut kemudian memaksa PDIP menjalin koalisi dengan PKB.Â
Kemudian PAN melalui Amin Rais membentuk poros tengah yang terdiri dari partai-partai Islam. Melalui poros tengah inilah yang kemudian mengangkat Gus Dur menjadi Calon Presiden RI sehingga menyebabkan koalisi PKB dan PDI mulai goyah. Pada tanggal 20 Oktober 1999 MPR resmi melakukan sidang,akhirnya salah satu keputusan sidang ini adalah menetapkan Gus Dursebagai Presiden RI ke-4.
Saat Gus Dur menjadi presiden perubahan yang dilakukan antara lain menyangkut penghapusan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan. Penghapusan kedua departemen menjadi kontroversi karena pada masa pemeritahan Soeharto Departemen Penerangan menjadi corong pemerintah dan Departemen Sosial menjadi departemen yang megurus masalah sosial.Â
Adapun alasan dibubarkannya Departemen Sosial adalah karena Gus Dur beranggapan bahwa Departemen Sosial yang seharusnya membantu kehidupan masyarakat justru dijadikan sarang bagi para koruptor. Sedangkan untuk Departemen Penerangan, Gus Dur beranggapan bahwa dengan adanya departemen tersebut membuat kebebasan pers menjadi hilang. Akibatnya lembaga pers tidak mampu melakukan pengembangan diriÂ
 Dan yang terakhir, Gus Dur juga melakukan tindakan yang mana berkomitmen dalam membela hak asasi manusia dan keadilan. Hal itu dikarenakan semasa hidup nya Abdurahman Wahid selalu membela kaum minoritas dan sangat anti dengan yang namanya kekerasan dan ketidak adilan. Abdurahman Wahid tidak sedikitpun memberikan gambaran dirinya sebagai penganut Pluralisme dengan pengertian pembenaran seluruh agama atau aliran kepercayaan lainnya dinilai sama derajat keimanannya.Â
Abdurahman Wahid memberikan rasa hormatnya kepada setipa ajaran agama atau kepercayaan yang diimani oleh penganutnya. Sikap Abdurahman Wahid menghormati keyakinan yang berbeda tidaklah berarti Abdurahman Wahid adalah penganut Pluralisme yang membenarkan dan mensejajarkan ajaran agama sama dengan aliran sekularismeÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H