Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Judi, Fenomena Sosial yang Menghiasi Kampungku

28 November 2024   23:17 Diperbarui: 29 November 2024   05:28 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meskipun undian berhadiah ini 'sempat' mendapat legalitas fatwa MUI, namun derasnya penolakan dan gelombang protes dari kalangan ulama, akademisi, dan masyarakat membuat pemerintah akhirnya menutup secara resmi segala produk SDSB pada tahun 1993. Yang disampaikan langsung oleh Menteri Sosial, Inten Soeweno di hadapan anggota DPR.

                    ***

Selama dua dasawarsa, undian berhadiah ini benar-benar menjajah dan meninabobokan orang-orang di kampung kami yang rata-rata pedagang kecil dan buruh di pasar itu. Apalagi undian ini tidak seperti Lotere Buntut dan Togel yang harus mengutak-atik angka tapi cukup dengan membeli kupon di kios-kios kupon yang menjamur. Kecuali untuk permainan Porkas yang harus menebak hasil pertandingan Liga Utama: menang, kalah, dan seri. Sialnya inilah yang digilai teman-teman sekolah menengahku.

Lengkaplah sudah, para pecandu undian ini pun sudah tak sebatas laki-laki dewasa saja namun juga sudah meracuni kaum perempuan dewasa dan remaja, alias anak-anak sekolah. Mereka bernafsu untuk membeli kupon sebanyak-banyaknya. Dengan harapan salah satunya akan tembus saat pengumuman pemenang.

Meski sempat vacum pasca penutupan SDSB dan kejatuhan Presiden Soeharto serta menguatnya ghirah keagamaan, rupanya praktik perjudian diam-diam kembali ke jalur Togel Singapura dengan kaki tangan sang agen, bisa juru parkir toko atau pedagang pinggir jalan. Sasarannya jelas, masyarakat kecil yang bermimpi dapat lotere. Mereka melakukan transaksinya dengan menulis nomor sendiri dan diserahkan ke orang suruhan agen sambil nongkrong di depan toko. Yang lagi-lagi kalau sedang sial akan digaruk polisi.

Di era digital sekarang, shifting alias pergeseran judi kembali terjadi. Para pecandunya sudah tak kasat mata lagi. Maisir yang benar-benar sir. Tak bisa ditebak. Sampai akhirnya seorang teman masa kecil yang sukses bisnis kuliner mengeluh: anaknya yang sudah berkeluarga itu terlilit hutang pinjol (pinjaman online) karena kecanduan judol (judi online)!    

Saya kembali ingin mengubah tesis Karl Marx soal candu.

Bogor, 28 November 2024 

                 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun