Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Mengais Cuan dari Rongsokan

31 Juli 2024   12:28 Diperbarui: 31 Juli 2024   12:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki berkaca mata minus itu tengah mencuci sejenis kawat yang dari baunya seperti habis terbakar.

"Ini bukan kawat. Ini tembaga yang biasanya ada di barang-barang elektronik. Kayak komputer, TV tabung, mesin pompa air. Harga perkilonya lumayan tinggi. Meski sekarang agak turun," urainya disela-sela kesibukannya mengais-ngais kawat tembaga dari sisa-sisa bakaran di kebunnya yang luas.

Iwan, nama pria paruh baya itu lebih suka menyebut dirinya tukang rongsokan dari pada disebut petani. Padahal kebunnya cukup luas.

"Jadi petani banyak nganggurnya. Kadang cape doang, hasilnya gak seberapa."

Dia bukan tidak pernah mencari peruntungan dengan melakukan pembibitan alpukat varietas aligator, lewat metode okulasi sambung pucuk. Namun akhirnya ditinggalkan karena tak terurus saat mendapat pekerjaan baru. Selain tak menjanjikan akibat kurangnya permintaan.

                   ***

Tak Sekedar Barang Rongsokan

Hidup memang penuh perjuangan. Begitu kalimat klise yang sering kita dengar. Namun bagi Pak Iwan itu bukan sekedar omongan kosong. Sebagai orang desa, dia pernah mengadu nasib merantau ke Jakarta, meski hanya sekedar menjadi seorang jongos. Pembantu di rumah orang bule. 

Nasib pula yang membawanya kembali ke Bogor untuk bekerja di sebuah resto. Sebagai staf bagian gudang food and beverage. Namun in-efisiensi karyawan membuatnya harus hengkang dari resto tersebut. Sekaligus hengkang juga dari Universitas Pakuan di mana dia tengah menempuh pendidikan di FKIP jurusan bahasa Inggris.

"Saya harus mendahulukan kebutuhan sekolah kedua anak saya," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun