Saya suka mencandai teman yang keturunan Serbia dengan menyebutnya sebagai orang Samaria yang baik (The Good Samaritan). Merujuk pada kisah perumpamaan (parabol)Â yang diceritakan Yesus. "Padahal kamulah orang Samaria itu karena mau berteman dengan saya,"Â kelakarnya membalas gurauan tersebut.
Kisah orang Samaria yang baik adalah kisah yang sangat populer di kalangan saudara-saudara Kristiani kita. Bagaimana aplikasi nyata dari mengasihi 'sesama' itu. Peduli pada sesama itu. Yakni mengasihi sesama manusia, bukan sebatas mengasihi sesama yang sama dengan (kelompok/golongan) kita.
Dalam Ensiklopedia Britannica, disebutkan bahwa komunitas Samaria menyebut diri mereka sebagai Bene Yisrael (anak-anak Israel), atau Shamerim (orang-orang yang taat kepada lima kitab pertama Perjanjian Lama/Pentateukh). Sementara orang Yahudi menyebutnya sebagai kaum Kutim, merujuk pada keturunan Cuthaean Mesopotamia yang menetap di Samaria setelah penaklukan Asiria.
Pertentangan antara golongan Samaria dan Yahudi telah berlangsung sejak abad ke-6 SM hingga masa Perjanjian Baru. Kaum Yahudi menganggap bahwa kaum Shomronim (Samaria) tidak lagi murni berdarah Israel karena merupakan hasil pernikahan campur antara orang Israel dengan orang non-Israel (goyim).
Sebaliknya kaum Samaria sendiri menabalkan diri mereka sebagai bangsa Israel asli dari keturunan suku Yusuf dan suku Levi.
Permusuhan kedua komunitas itu meruncing pasca pengasingan/pembuangan Babilonia. Kelompok Samaria mendirikan bait suci di Gunung Gerizim, sementara kaum Yahudi membangun bait suci-nya di Gunung Sion.
Puncaknya ketika penguasa Makabe, Johanes Hyrcanus (135/134-104 SM) yang menjadi pemimpin Yahudi waktu itu, menghancurkan bait suci kaum Samaria di Gunung Gerizim.
Meski kedua komunitas itu sama-sama saling klaim sebagai bangsa Israel, namun rendahnya penghargaan orang Yahudi terhadap orang Samaria itulah yang menjadi latar belakang kisah orang Samaria yang baik (Lukas 10:25-37).
           ***
Kisah orang Samaria ini diangkat Yesus sebagai jawaban atas pertanyaan pemuka agama Yahudi yang sebenarnya tidak tulus. Sekedar hanya ingin menguji Sang Mesiah di depan khalayak.