Ragam hewan dalam kosa kata bahasa Sunda, sependek pengetahuan penulis hanya kambing dan tokek yang penamaannya berdasarkan bunyi dari suaranya. Embe dan toke. Sementara hewan-hewan lain seperti ayam, bebek, kucing, anjing, kuda, dan lain-lain penamaannya memiliki sebutan sendiri. Bukan berasal dari bunyi.
Dalam kaidah bahasa, ini disebut dengan onomatope. Yaitu sebuah kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Biasanya itu dibuat untuk mendukung keterangan dalam sebuah bacaan. Contohnya: guk guk (suara anjing), hahaha (suara tertawa), dor dor dor (suara tembakan), atau brak (suara benturan benda).
Lazimnya onomatope adalah bentuk verba alias kata kerja. Namun pengecualian untuk kasus hewan embe dan toke dalam bahasa Sunda, onomatopenya menjadi kata benda seperti halnya bedug/beduk yang berasal dari bunyi dug dug/duk duk ketika dipukul.
Bahkan beberapa tahun ke belakang, di jagat media sosial pernah diramaikan kata telolet yang merupakan tiruan bunyi dari klakson bus. Diksi ini menjadi onomatope baru dalam 'kamus' bahasa kita.
Keunikan lain dari onomatope adalah penulisan bunyi yang berbeda dari masing-masing bangsa untuk satu obyek yang sama. Hal ini bisa dilihat saat kita membaca komik luar semacam Petualangan Tintin. Suara ledakan akan ditulis boom. Sementara di telinga kita lebih akrab dengan duaar. Atau dalam komik Lucky Luke dengan suara tembakan pistol yang ditulis tar tar atau bang bang, bukan dor dor seperti di sini. Apatah lagi dengan penulisan suara-suara hewan, semisal anjing.
Suara Anjing
Hampir sebulan lalu, di twitter -nama ini pun merupakan onomatope suara kicauan burung- sempat masuk cuitan berupa gambar anjing dengan judul UK vs Asean, what sound does a dog make?Â
Ada yang mengejutkan dari ragam onomatope tersebut selain tentunya keunikan dan 'kelucuan' yang membuat kita tersenyum. Dan itu semakin bertambah ketika beberapa orang ikut pula mencuitkan dengan contoh-contoh hewan selain anjing.
Keterkejutan penulis tertuju pada penulisan bunyi suara anjing dalam bahasa Malaysia. Di situ jelas tertulis gong gong, dan hanya berbeda tipis dengan bahasa Thailand yang tertulis hong hong. Sementara dalam bahasa Indonesia yang serumpun dan kerabat dekat Malaysia, tertulis guk guk. Yang hampir mendekati kesamaan onomatopenya dengan kita justru bahasa Vietnam, yaitu gau gau.
Lalu bagaimana dengan onomatope suara anjing dari berbagai daerah di Indonesia sendiri? Ternyata yang mirip dengan penulisan gong gong milik Malaysia adalah bahasa Bali, kong kong.
Ini menjadi sangat menarik terutama dikaitkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Umpamanya dalam mengisi sebuah soal: