Sesaat ku pandang rimba belantara.
Pohon pohon besar berdiri angkuh.
Tertutup belukar berduri tajam.
Jalan setapak di bibir jurang
berduri, berlumpur, dan licin.
Ngeri, aku ngeri.
Keningku berkerut, mataku memicing.
Ku undurkan langkahku.
Namun titik hatiku berbisik
lembut tapi menantang:
Mengapa engkau jadi ciut nyali?
Angkat mukamu.
Lihatlah!
Di dalam rimba itu...
di ujung jalan licin itu...
di atas tebing di balik bukit itu...
tersimpan mutiaramu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!