Cinta memang merupakan fenomena yang misterius. Terdapat begitu banyak penelitian mengenai cinta, namun belum ada satu pun yang dapat menuntun kepada kebenaran di baliknya. Terlepas dari pemikiran ilmiah, rasanya semua sepakat bahwa cinta merupakan sesuatu yang dirasakan. Sebuah perasaan kasih sayang, baik terhadap pasangan, anak, hewan peliharaan, bahkan benda-benda mati. Emosi yang begitu kuat, hingga terkadang, perasaan mampu mengalahkan logika dan akal sehat. Sudah sering ditemukan kisah seseorang yangmelakukan tindakan irasional, terhadap seseorang yang amat dia cintai.
Setiap manusia memiliki kisah cinta mereka tersendiri. Ibarat buah jeruk, ada kalanya kita mendapatkan buah yang rasanya manis dan menyegarkan. Terdapat juga saat dimana seseorang menemukan buah yang rasanya asam. Dan terkadang, kita harus memakan buah jeruk yang rasanya pahit dan getir. Tentunya, akan amat menyenangkan jika seseorang terus-menerus mendapatkan buah yang manis. Namun, kadang kala buah jeruk yang terasa asam maupun pahit diperlukan agar kita dapat belajar dari kesalahan, dan kedepannya, mampu menemukan buah jeruk yang rasanya paling manis diantara jeruk-jeruk yang pernah kita coba.
Ketika mengalami kepahitan dalam cinta, seringkali seseorang mencari teman atau kerabat sebagai tempat mereka mencurahkan isi hati. Mereka membutuhkan dukungan moril untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Sayang, tidak semua tempat pelarian dapat memberikan apa yang mereka butuhkan serta inginkan. Dukungan yang didapat justru malah membawa orang tersebut semakin tenggelam dalam lautan kesedihan. Kejadian seperti inilah yang berusaha dicegah oleh Juliet Club, sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang surat-menyurat, khususnya dalam menangani cinta.
Terletak di Verona, sebuah kota di Italia yang dijuluki sebagai "Kota Cinta", Juliet Club dibentuk pada tahun 1972. Namun, sejarah organisasi ini rupanya berawal dari cerita klasik milik sastrawan William Shakespeare, yakni Romeo dan Juliet. Dalam karangan sastrawan asal Inggris tersebut dilatarkan berada di kota Verona, tepatnya pada abad 16. Kisah tersebut diisukan nyata adanya. Bahkan, di Verona sendiri, terdapat makam dari sosok Juliet Capulet itu sendiri. Tahun 1930, Ettore Solimani, yang disebut-sebut sebagai penjaga makam Juliet, menemukan surat-surat yang ditinggalkan oleh banyak orang di makam Juliet. Tersentuh dengan fenomena ini, Ettore membalas surat-surat tersebut, dan menjadi "Sekretaris Juliet", sebutan bagi sukarelawan yang bekerja di Juliet Club dan membalas surat.
Juliet Club menerima sekitar 50.000 surat cinta dari berbagai penjuru dunia tiap tahunnya. Uniknya, selain menerima surat elektronik, Â banyak di antara surat-surat tersebut yang ditulis dengan tangan. Hal ini tentunya menarik, mengingat era digital sekarang yang memudahkan orang-orang menulis surat elektronik dan tentunya akan sampai lebih cepat. Namun, dengan menulis menggunakan tangan, surat yang dikirimkan tentunya akan lebih bermakna serta terasa spesial, baik bagi penulis maupun penerimanya. Banyak dari surat tersebut yang hanya menuliskan "Juliet, Verona, Italia", sebagai alamat yang dituju.Â
Surat-surat yang diterima oleh Juliet Club isinya beragam. Mulai dari seorang wanita yang jatuh cinta dengan sahabat dekat, suami yang ditinggal mati oleh istrinya, hingga perempuan yang merasa dirinya tidak cantik dan tidak yakin akan menemukan cinta di hidupnya. Disini, tugas dari Sekretaris Juliet, ialah memberikan balasan yang sesuai dengan kebutuhan tiap pengirim, tanpa memberikan asas praduga terhadap penulis surat. Umumnya, Sekretaris Juliet menggunakan pengalaman pribadi dalam membalas surat. Namun, jika sekretaris tersebut kesulitan, surat tersebut bisa diberikan ke sekretaris lainnya yang memiliki pengalaman serupa, dan dapat membantu sang penulis untuk menyelesaikan masalah yang mereka miliki.
Balasan surat dari Julier Club sudah membantu serta menginspirasi banyak orang. Salah satunya adalah pria asal Inggris bernama Martin Hopley. Martin yang saat itu putus asa akibat gagal menjalin hubungan percintaan dengan temannya, mengirimkan sebuah surat ke Juliet Club, dan berharap mereka mampu membantu Martin dalam mengatasi patah hati yang dia rasakan. 6 bulan dia harus menunggu balasan. Dan balasan yang dia dapatkan, mampu mengubah hidupnya ke arah yang lebih positif. "Kamu layak untuk hidup", adalah salah satu kalimat dari surat balasan yang diberikan oleh Juliet Club untuk dirinya.
Martin sangat terinspirasi oleh surat balasan dari Juliet Club, dia bahkan menjadi sukarelawan untuk membalaskan surat-surat cinta yang berdatangan ke dalam organisasi tersebut. Pengalamannya sebagai seseorang yang kesulitan mengungkapkan apa yang dia pikirkan serta rasakan secara verbal, akibat sempat menderita tumor otak, sudah membantu ratusan orang yang kurang percaya diri dalam romansa yang mereka miliki. Dia bahkan berhasil membujuk seorang wanita untuk menikahi kekasihnya yang tinggal di negara berbeda dengan sang wanita.Â
Mengatasi perasaan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, khususnya dalam menangani cinta. Perasaan manusia begitu lembut dan rapuh, sehingga kesalahan dalam penanganan mampu menghancurkan perasaan orang tersebut. Juliet Club berhasil meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam mengatasi problematika percintaan seseorang yang terbilang rumit. Besar harapan, untuk klub ini tetap berjalan selama mungkin, agar tidak terjadi lagi tragedi Romeo dan Juliet jilid kedua.
Referensi Bacaan:
https://www.bbc.com/news/uk-49904433