Mohon tunggu...
maecenas adhara donnya
maecenas adhara donnya Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorang yg berkelamin laki-laki (belum berkeluarga dan berdomisili di wilayah barat indonesia), hanya seorang yg gemar membaca (belum berani mencoba menulis dan mengirimkannya ke mana pun), yg suka mengamati dan mempelajari gaya bahasa dan penulisan (di samping isi tulisannya, tentu saja), seorang yg terkadang berkomentar dangkal dan agak iseng (tanpa berniat apa-apa selain ingin meninggalkan jejak dan meramaikan suasana), seorang yg cuma memakai akun ini di kompasiana (bukan jadi-jadian, lho). salam kenal dan trims sudah membuka profile sy. doni

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bangunlah Pemuda Sibolga-Tapteng

31 Oktober 2010   12:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda Indonesia adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah berdirinya bangsa ini. Sejak jaman perjuangan fisik sampai mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, pemuda selalu mengambil peran yang sangat menentukan. Banyak kisah heroik yang melibatkan para pemuda pernah terjadi di negara ini.

Sumpah Pemuda, yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 adalah awal dari penyatuan para pemuda di seluruh Indonesia. Meski membawa nama daerah sebagai nama delegasi, semangat yang tercipta adalah semangat satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia.

Kini setelah 82 tahun berlalu, kita bertanya apakah semangat itu masih teringat dan menjadi inspirasi dalam setiap tindakan dan pemikiran kita sebagai generasi muda. Mungkin ada di antara kita yang menghapal urutannya saja, atau bahkan mengucapkan isinya, salah. Wajar saja karena itu hanya kita dapat di bangku sekolah sebagai bahan ajar tanpa pernah diberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap sumpah tersebut,

Derasnya arus informasi, hiburan dan tayangan tidak mendidik di televisi-televisi saat ini banyak mempengaruhi pola pikir para generasi muda Indonesia saat ini pada umumnya dan pemuda Sibolga-Tapteng pada khususnya. Pergaulan yang tidak mengindahkan tata krama dan sopan santun semakin sering terlihat di kota ini. Para anak usia sekolah tidak malu lagi jalan bergandengan tangan atau berpelukan rapat di atas kendaraan bermotor saat bersama lawan jenisnya. Belum lagi kebiasaan menenggak minuman keras, yang mudah didapatkan di warung/toko, yang semakin marak belakangan ini. Pemakaian obat-obat terlarang juga mulai merasuki kehidupan para pelajar di Sibolga-Tapteng. Mungkin ada yang berpendapat bahwa ini adalah kenakalan remaja biasa. Pendapat yang menjadi pembenaran dari keburukan-keburukan yang ada. Besarnya rasa ingin mencoba hal baru dan dianggap jagoan adalah dua hal dari sekian hal yang menjadi penyebab mengapa para pemuda kita melakukan itu semua. Kurangnya perhatian dari keluarga adalah hal lain yang menyebabkan para pemuda terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik. Banyak para orangtua yang berpikir bahwa sekolah sudah cukup untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Padahal waktu yang mereka lewati di sekolah tidak lebih banyak dari waktu yang mereka habiskan di rumah. Lingkungan rumah dan pergaulan di luar sekolah akan lebih banyak mempengaruhi perkembangan jiwa para generasi muda. Lingkungan yang baik tentu akan menjadikan mereka selalu berpikiran positif dan menggunakan logika dalam setiap ucap dan sikap.

Para orangtua dan mereka yang lebih dewasa harus mampu menjadi contoh yang baik dari para remaja, agar mereka mempunyai panutan dalam proses pencarian jati dirinya.

Peran pemerintah daerah pun harus dapat terlihat secara nyata dan terasa untuk membina para generasi muda kota ini. Kegiatan-kegiatan yang positif dan mendidik harus lebih sering dilakukan, bukan sekedar acara seremonial atau temporal.

Apa yang kan dihadapi di masa datang tentu berbeda tantangannya dengan yang sekarang ini. Para pemuda Kota Sibolga dan Tapteng masih sangat jauh tertinggal dengan pemuda-pemuda dari daerah lain. Misalnya saja dalam hal pemanfaatan teknologi. Meski sudah duduk di sekolah tinggi, banyak para pemuda kita yang tidak menguasai penggunaan komputer, apalagi mereka yang tidak duduk di bangku kuliah. Padahal di tingkat Sekolah Menengah Pertama, komputer sudah diperkenalkan dan masing-masing sekolah sudah memiliki fasilitas laboratorium komputer. Ini mungkin menjadi catatan tersendiri bagi para guru dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan.

Menyambut peringatan Hari Sumpah Pemuda, mari kita sama-sama intropeksi diri atas tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam membina para generasi muda bangsa ini. Masih banyak hal yang harus dibenahi dalam mewujudkan generasi muda Sibolga dan Tapteng yang lebih bisa bersaing dalam kehidupan yang semakin maju ini. Kita tentu tak ingin menjadi penonton dan tamu di kampung sendiri. Pemuda Sibolga dan Tapteng harus mampu dan mau memajukan daerahnya sendiri. Karena ‘kalau bukan kita, siapa lagi dan kalau bukan sekarang, kapan lagi’?

Selamat Hari Sumpah Pemuda. Semoga semangatnya akan selalu menjadi bagian di segala sendi kehidupan kita, untuk Indonesia yang lebih baik serta Sibolga dan Tapteng yang lebih maju.

Salam Pemuda!

akhir Oktober 2010

tulisan ini juga dimuat di koran metro tapanuli

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun