Mohon tunggu...
MADONNA GSW
MADONNA GSW Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya sangat menyukai seni, dari tari tradisional, modern dance, kabaret, modeling festival, maka dari pada itu saya bergabung ke dalam event organizer seni yaitu galaxy entertainment

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toxic Positivity dalam Hubungan: Dampaknya terhadap Kesehatan Emosional dan Masa Depan Pasangan

8 Desember 2024   19:25 Diperbarui: 12 Desember 2024   11:58 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Dalam hubungan antarpasangan, komunikasi dan saling pengertian adalah elemen yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan. Namun, terkadang sikap yang terlalu positif dan terkesan memaksakan bisa merusak kualitas komunikasi tersebut. Salah satu fenomena yang belakangan ini banyak dibicarakan adalah toxic positivity, yang merujuk pada pandangan hidup atau sikap yang memaksakan diri atau orang lain untuk selalu berpikir positif, meskipun dalam situasi yang tidak mendukung. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan upaya berlebihan dalam mengabaikan atau menekan perasaan negatif dengan cara yang tidak realistis.

Pada hubungan antar pasangan, toxic positivity bisa menjadi hal yang sangat merugikan. Meskipun tujuan awalnya mungkin untuk menciptakan suasana yang lebih optimis dan membangun, dampak dari toxic positivity terhadap hubungan jangka panjang justru bisa sangat merusak, terutama dalam aspek kesehatan emosional dan masa depan hubungan itu sendiri.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah sikap atau pola pikir yang mendorong seseorang untuk menekan atau mengabaikan perasaan negatif, seperti kesedihan, kecemasan, kemarahan, atau frustrasi, dengan cara menggantinya dengan pemikiran atau perasaan positif secara berlebihan. Meskipun sikap positif dalam kehidupan penting untuk kesehatan mental, toxic positivity menjadi masalah ketika perasaan negatif dianggap tabu atau tidak diizinkan untuk diekspresikan.

Dalam hubungan, contoh dari toxic positivity bisa berupa kalimat-kalimat seperti "Semua akan baik-baik saja," "Cobalah untuk berpikir positif," atau "Kamu harus selalu melihat sisi baik dari segala hal." Tentu saja, berfokus pada hal-hal positif bisa bermanfaat dalam beberapa situasi, tetapi ketika hal tersebut dipaksakan dalam situasi yang penuh tekanan, hal ini bisa menyebabkan masalah emosional yang lebih dalam bagi individu dalam hubungan.

Dampak Toxic Positivity terhadap Kesehatan Emosional Pasangan

Toxic positivity dalam hubungan dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap kesehatan emosional pasangan. Berikut adalah beberapa dampak utama yang perlu dipahami:

  1. Menekan Perasaan Negatif

Salah satu dampak utama dari toxic positivity adalah bahwa pasangan merasa tidak diperbolehkan untuk merasakan atau mengungkapkan perasaan negatif. Perasaan seperti kesedihan, kekesalan, atau kekecewaan dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari, dan ini mengarah pada penekanan perasaan alami yang mereka alami. Misalnya, jika salah satu pasangan merasa frustrasi dengan sesuatu, sementara pasangan lainnya hanya memberi saran untuk berpikir positif atau mengatakan bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja, maka perasaan tersebut tidak diakui atau dipahami.

Ini dapat menyebabkan perasaan tertekan atau tidak dihargai, karena individu merasa bahwa emosi negatif mereka diabaikan atau dianggap tidak penting. Akibatnya, mereka mungkin tidak merasa aman untuk mengungkapkan diri mereka sepenuhnya, yang bisa merusak hubungan dalam jangka panjang.

  1. Menghalangi Proses Penyembuhan

Setiap hubungan menghadapi tantangan, baik itu terkait dengan komunikasi, kepercayaan, atau masalah pribadi. Namun, untuk menyelesaikan masalah-masalah ini, pasangan perlu mengakui perasaan negatif mereka dan berproses bersama untuk menemukan solusi. Toxic positivity menghalangi proses ini, karena mengutamakan perasaan positif yang terkadang tidak realistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun