Menjadikan seseorang untuk mengemban tugas menjadi seorang Khalifah merupakan hak prerogatif Allah swt. Khalifah adalah kewenangan-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam Q.S. al-Baqarah [2]:31 dan Q.S. Shad [38]:27, kata-kata inni jaa'ilun (Q.S.2:31) dan inna ja'alnaaka (Q.S. 38:27) menunjukan bahwa menjadikan seorang khalifah merupakan pekerjaan-Nya. Dalam Bahasa Urdunya Khuda Ta'ala ka kaam he, dalam Bahasa Arabnya Sunatullah. Sudah menjadi tradisi bagi Allah swt.
Di dalam ayat-ayat tersebut Allah swt lah yang menjadikan khalifah-Nya. Dalam pengertian bahwa seseorang itu menjadi wakil-Nya di muka bumi, yang mewujud dalam diri para nabi dan rasul. Para Rasul Allah dan nabi-Nya itu berbuat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt. Termasuk diantarnya Nabi Adam as diperintahkan untuk menyampaikan nama-nama Allah swt yang baik dan indah atau Asma'ul Husna kepada umatnya. Kemudian kepada Nabi Sulaiman as, dikarenakan beliau seorang nabi dan raja bagi Bani Israil maka diperintahkan untuk memerintah manusia dengan penuh keadilan, dan jangan mengikuti hawa nafsu, karena mengikuti hawa nafsu akan menyebabkan seseorang tersesat dari jalan-Nya.
Demikianlah Allah swt menjadikan Nabi Adam as, Nabi Sulaiman as dan yang lain-lainnya -seperti Nabi Nuh as yang diperintah Allah swt untuk membuat bahtera- di dalam al-Qur'an sebagai Wakil-Nya atau Khalifatullah.
Sudah menjadi sunatullah bahwa ketika seorang Utusan Allah meninggal dunia maka untuk meneruskan tugas-tugasnya yang belum selesai itu Allah swt juga telah menetapkan seseorang untuk menjadi wakil dari utusan-Nya. Ada tugas-tugas yang sudah dikerjakan dan diselesaikan oleh utusan-Nya itu ada juga yang belum diselesaikan. Ada kabar ghaib atau nubuatan yang sudah tergenapi di masa seorang rasul atau nabi ada juga yang belum.Â
Jadi untuk menyempurnakan tugas dan nubuatan sepeninggalnya Utusan Allah itu maka Allah swt menetapkan seseorang untuk menjadi penerusnya. Seperti Sayyidina Abu Bakar ash-Shidiq ra, Khalifah pertama dalam umat Islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw maka terpilih Abu Bakar sebagai seorang khalifah untuk melanjutkan tugas-tugas Nabi Muhammad saw. Terpilihnya Abu Bakar ash Shidiq ra merupakan sebuah penggenapan dari Q.S. an-Nur[24]:56. Bahwa Allah swt telah berjanji akan menjadikan khalifah di antara orang-orang beriman dan yang beramal shaleh dalam umat Islam.
Secara lahiriah Sayyidina Abu Bakar ra dipilih oleh para sahabat tapi pada hakikatnya Allah swt yang telah menetapkannya menjadi seorang khalifah. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bagaimana Sang Khalifah menjalankan fungsi dan perannya sebagai pemimpin umat Islam, Islam mengalami kemajuan secara jasmani, akhlak dan ruhani.
Benih yang telah ditanam Allah melalui Nabi dan Rasul-Nya Habibana wa Maulana Muhammad saw telah menjadi pohon yang menguat akar-akarnya dan dahan-dahannya. Meskipun secara internal dan eksternal mendapatkan keadaan yang mengancam Agama Islam, namun seiring berjalannya waktu halangan dan rintangan perlahan mulai menghilang seperti asap yang mengepul dan akhirnya menghilang di udara.
Bagaimana sekiranya sepeninggal nabi tidak ada sosok Abu Bakar ash Shidiq, musuh setiap saat terus mengintai, Agama Islam memerlukan seorang pemimpin untuk menggerakan umat dan menghalau musuh. Umat semakin kompleks permasalahannya yang memerlukan sosok pemimpin yang bisa mengatasi problematika umat Islam. Al-Qur'an yang belum terkodifikasi memerlukan penjagaan yang terkoordinir dan hanya bisa dilakukan ketika ada Sang Khalifah.
Nabi Muhammad saw bersabda: "Abu Bakar itu lebih afdhal (mulia) daripada semua manusia." (H.R. ad-Dailami, ath-Thabrani dan Kanzul Umal)
Pemimpin Ahmadiyah, Hazrat Mirza Masrur Ahmad sebagai Khalifatul Masih V dalam kesempatan khutbah jum'at pernah menyampaikan tentang keutamaan Abu Bakar as Shidiq ra. Beberapa poin khutbahnya yaitu, Abu Bakar as Shidiq ra memiliki kemuliaan yang paling tinggi diantara semua sahabat lainnya. Beliau lah khalifah pertama, ayat-ayat tentang Khilafat telah turun berkaitan dengan beliau. Meskipun beliau bukan seorang nabi, namun dalam diri beliau terdapat daya kekuatan para nabi dan para rasul. Beliau dianugerahi kedudukan ash Shidiq, sahabat pendamping utama dan khalifah pertama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H