Mohon tunggu...
mad ikhsan
mad ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN BTV 3 UNEJ Mendorong Roda Pemasaran Usaha Mikro di Masa Pandemi

2 September 2021   08:30 Diperbarui: 8 September 2021   11:20 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dusun Sari Mulya merupakan salah satu dusun yang dijadikan sasaran KKN penulis kali ini. Dusun Sari Mulya adalah salah satu Dusun yang secara geografis terdapat di wilayah Kecamatan Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Perkembangan jumlah penduduk di Dusun Sari Mulya terus meningkat dari tahun ketahun. Perkembangan penduduk tersebut berkaitan erat dengan program peningkatan ketahanan pangan mengingat salah satu indikator keberhasilan  Ketahanan Pangan adalah terpenuhinya pangan, baik dalam jumlah, mutu, keamanan dapat dijangkau secara fisik maupun ekonomi.

Berdasarkan Data dari kantor Rio Dusun Sari Mulya, jumlah penduduk di Dusun Sari Mulya memiliki penduduk sebanyak 2.658 jiwa dengan jumlah penduduk tersebut 1.377 berjenis kelamin laki-laki dan 1281 berjenis kelamin perempuan. Untuk infrastruktur, di Dusun Sari Mulya cukup memadai, dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang ada seperti jalan raya, sekolah, sarana kesehatan, dan sarana prasarana lainnya.

Lahan di Dusun Sari Mulya terbilang luas baik lahan pertanian, lahan perkebunan sawit dan lahan perkebunan karet, yang menjadikan mata pencaharian mayoritas di Dusun Sari Mulya adalah petani, buruh tani, pekebun sawit serta pekebun karet. Selain bergerak dibidang pertanian dan perkebunan, usaha dibidang wirausaha atau lebih dikenal dengan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) juga tersebar diberbagai titik, contohnya usaha produksi tahu, kue basah, keripik serta berbagai usaha dibidang kuliner.

Pandemi covid 19 yang  masih belum selesai membuat pengaruh yang luar biasa di seluruh bidang kehidupan masyarakat, tak terkecuali bidang wirausaha / UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah), bidang tersebut sangatlah terdampak karena banyak orang yang bergantung terhadap usaha tersebut. Para pelaku usaha tetap berusaha survive dan berjuang untuk menghadapi hal ini. Tak terkecuali sasaran dari penulis yakni, usaha yang bergerak dibidang kuliner yaitu keripik tempe ibu Tumiyem, usaha ini sudah aja sejak tahun 2010 dan dikelola oleh ibu Tumiyem sendiri. Proses produksi masih menggunakan alat yang sederhana dan dilakukan secara manual, sehingga kadang membuat ibu Tumiyem merasa lelah karena dimasa pandemi ini tidak berbanding lurus dengan penjualan usaha tersebut.

Pemasaran dari usaha bu Tumiyem ini masih dengan cara konvensional yakni dengan dititipkan di toko kelontong dan melayani pembeli di kediaman beliau. Pada masa pandemi ini penjualan dari ibu Tumiyem sangat lah menurun dan ditambah lagi produk dari ibu Tumyem ini belum menerapkan branding hal itu membuat produk tersebut kurang dikenal serta masih belum memiliki nama yang kuat di hati pembeli. Inovasi produk keripik tempe ini juga masih belum ada sedangkan banyak produk serupa dipasaran yang sudah maju dan berinovasi. Dari sisi kemasan ibu Tumiyem masih menggunakan plastil bening biasa yang membuat value  dari produk juga menurun.

Dengan paparan permasalahan diatas penulis sebagai pelaksana KKN Back To Village III di Dusun Sari Mulya tertarik untuk menjadikan UMKM tersebut sebagai sasaran. Oleh karena itu penulis mengambil topik Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat / UMKM Terdampak Covid 19. Dengan harapan dapat meningkatkan omset penjualan yang sedang menurun serta mendorong kembali roda pemasaran dari sasaran melalui berbagai program kerja yang telah disusun dalam KKN Back To Village III Universitas Jember ini.

Pada minggu pertama penulis menganalisis kondisi dari sasaran guna mendapatkan data untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang digunakan sebagai acuan dalam menjalankan program agar tepat dan sesuai terhadap kebutuhan sasaran. Selain itu penulis juga mengikuti proses produksi dari sasaran, Untuk minggu kedua, penulis memberikan sosialisasi mengenai branding kepada sasaran dengan mendatangkan mentor yang pengalaman dibidangnya.

Dengan sosialisasi tersebut diharapkan sasaran memahami begitu pentingnya branding produk untuk meningkatkan nilai dari produk mereka. Selain itu sasaran juga dibuatkan logo produk untuk UMKM produksi  keripik tempe agar menambah value dari produk tersebut. Dalam minggu kedua, penulis menawarkan  inovasi kepada pelaku UMKM produksi tempe yakni menambahkan varian rasa produk serta memperbarui kemasan berupa kotak kardus dengan diberi label logo sebagai bentuk branding dari produk tempe tersebut, selain itu juga dilakukan foto produk sebagai bahan untuk madia promosi di sosial media.

Untuk minggu ketiga, akan diadakan sosialisasi pemasaran digital dengan mengundang mentor agar lebih optimal. Pada minggu ketiga juga diadakan praktek memasarkan produk dengan facebook serta whatsapp, dalam praktek ini sasaran akan didampingi penulis sasaran lebih memahami cara memaksmalkan sosial media untuk pemasaran produk . Mulai minggu ketiga ini dan minggu berikutnya juga diharapkan penjualan produk akan meningkat. Selanjutnya minggu keempat, penulis melakukan evaluasi keberhasilan program kerja pada masing – masing sasaran, monitoring kepada sasaran serta penyusunan laporan KKN.

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat dan membantu para usaha mikro untuk meningkatkan pendapatan di masa pandemi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun