Mohon tunggu...
Madi Ar-Ranim
Madi Ar-Ranim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Berkaryalah Selama Anda Masih diberikan Kesempatan untuk Hidup dan Menulislah Selama Anda Masih Menikmati Indahnya Kehidupan"(Madi Ar-Ranim).

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari Jakarta Ke Surabaya

1 Desember 2014   05:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:23 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuk kicak kicuk kicak kicuk kereta berangkat, cuk kicak kicuk kicak kicuk hatiku gembira. Mendengar sepotong syair lagu dangdut tersebut, mengingatkan akan perjalanan saya dari stasiun Jakarta Kota sampai stasiun Surabaya Gubeng. Perjalanan yang cukup melelahkan dari kota metropolitan pertama sampai kota metropolitan kedua di Indonesia. Tapi, rasa lelah itu sedikit hilang ketika teringat amanah dari kedua orang tua saya, yaitu menuntut ilmu disalah satu Institut terbaik bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Ketika diperjalanan, saya melihat pemandangan alam di Indonesia itu sangat indah, pegunungan yang menjulang tinggi, hamparan sawah yang hijau, aliran sungai yang begitu jernih, rawa-rawa yang bersih, danau yang tenang seperti penduduk di Negeri ini. Penduduk yang sangat sopan, ramah dan tamah, terlihat saat di dalam kereta suasananya sangat islami dan bermasyarakat. Banyak diantaranya wanita yang memakai kerudung, ketika makan sambil menawarkan orang di sebelahnya, ketika jalan mengucapkan salam, suasananya sangat sejuk, tidak ada orang yang merokok, banyak orang yang membaca Al-Qur’an, membaca buku, membaca koran, bahkan ada seorang ibu yang sedang sholat sambil duduk. Setelah orang itu selesai sholat, saya bertanya,”sholat apa yah bu?, padahal masih jam sembilan pagi.” Ibu itu menjawab,”sholat dhuha nak.” Subhanallah, Negeriku sangat kental dengan budaya Islam, budaya yang sudah lama diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.

Sobat, ternyata saya baru saja terbangun, rupanya saya bermimpi, saya takut ternyata di Negeri ini masih gelap. Sobat, mungkin selama ini saya masih jauh untuk berharap, melupakan pesan-pesan dalam suratmu terdahulu. Sobat, ternyata Indonesia sedang dilanda bencana, budaya banjir yang terus mengguyur daratan, memakan banyak korban, hingga alampun menjadi sasarannya. Sobat, saya tahu jalan ini sangat panjang dan melelahkan. Tapi, ini pasti jalan kemenangan, di ujung jalan ini saya yakin ada cahaya yang terang benderang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun