Manusia merupakan makhluk sosial di mana mereka akan bergantung dan saling membutuhkan dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari. Kebutuhan dasar manusia menjadi unsur-unsur yang dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan juga kesehatan (Setiasih et al. 2021). Setidaknya, kebutuhan manusia yang beragam ini di bagi tiga menurut intensitasnya yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Menurut Suryana (2008) dari sekian banyak kebutuhan, kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan masih menjadi pokok yang mesti selalu menempati urutan atas dalam hal permintaan kebutuhan masyarakat. Selain itu, dalam penerapan kebutuhan manusia tidak dapat dipisahkan oleh tiga aspek tersebut. Douglas dan Isherwood (dalam Featherstone, 2008), kelas-kelas konsumsi dibagi berdasarkan konsumsi tiga kelompok benda, yaitu: kelompok benda baku yang terkait dengan sektor produksi primer berupa makanan, minuman, fast food, dan lain-lain.
      Salah satu yang perlu diperhatikan bagi setiap individu manusia adalah kebutuhan primer. Kenapa? Sebab dalam primer sendiri terdiri atas sandang, pangan, dan papan. Sandang berarti pakaian manusia. Kedua ialah pangan yang merupakan sumber makanan utama bagi setiap manusia dan yang terakhir yaitu papan. Ini mengartikan adanya sebuah tempat tinggal atau rumah.. Tempat tinggal menjadi kebutuhan kebutuhan primer bagi manusia. Tanpa memiliki tempat tinggal berarti kebutuhan primer manusia belum terpenuhi. Akan tetapi, tahun demi tahun untuk mencari tanah dengan harga murah kian susah. Rumah tidak lagi semudah yang didapatkan atau bahkan seperti apartement. Solusi dari permasalahan tersebut dijawab dengan hadirnya rusunawa di berbagai kota. Rusunawa adalah singkatan dari "Rumah Susun Sederhana Sewa", yaitu jenis hunian vertikal berupa rumah susun yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sesuai dengan namanya, rusunawa disewakan kepada penghuni dengan biaya yang relatif terjangkau, bukan untuk dimiliki secara permanen. Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk menyediakan hunian yang layak bagi warga yang tidak mampu membeli rumah sendiri.
      Namun, apakah rusunawa yang ada di Indonesia sudah layak dijadikan sebagai tempat tinggal yang sehat? Sayangnya fakta di lapangan tidak berbicara seperti itu. Contoh rusunawa yang menjadi polemik layak huni ialah Rusunawa Marunda. Lokasi ini berada di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Permasalahan yang muncul yaitu :
- Sanitasi yang buruk di mana kondisi fasilitas toilet yang tidak terawat dan dengan saluran air yang tersumbat. Sehingga ini menghasilkan bau tidak sedap dan tentunya risiko penyakit akan semakin tinggi seperti diare, tifus, serta infeksi kulit.
- Kualitas air yang tidak memadai menyebabkan para penghuni sering mengeluhkan ketidakmerataan akses air bersih. Ini menimbulkan tindakan lain seperti warga menggunakan air sumur yang belum tentu layak untuk digunakan dalam keseharian.
- Pengelolaan sampah yang tidak tersistematika. Ketidakcakapan dalam pengelolaan menimbulkan penumpukan sampah serta pencemaran lingkungan. Dampak yang ada tentu menjadi sarang berkembang biak bagi tikus, lalat, hingga nyamuk.
- Ventilasi dan pencahayaan buruk kerap kali mengganggu warga dalam beraktivitas. Sirkulasi udara menjadi penting dalam mengalirkan udara bersih. Bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan masalah pernasapan, asma, dan alergi.
- Penyakit dari timbulnya polusi lingkungan. Polusi udara yang diakibatkan oleh padatnya Kawasan industri di daerah Marunda menghasilkan debu yang beterbangan. Penyakit yang bisa meningkat ialah asma, dan bronkitis.
Dari permasalahan yang ada, sudah sepatutnya pemerintah bergerak cepat dalam penanganan terkait kondisi Rusunawa Marunda tersebut. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, di antaranya seperti revitalisasi infrastruktur yang menitikberatkan pada perbaikan seluruh sudut bangunan menjadi lebih baik. Kedua, hadirnya sebuah wadah untuk mengedukasi kesehatan warga Marunda agar lebih peduli terhadap kondisi lingkungan dan diri sendiri. Ketiga ialah penyemprotan disinfektan fogging yang memerlukan bantuan dari pemerintah provinsi DKI Jakarta sebagai antisipasi penyebaran penyakit menular. Dan pemeriksaan Kesehatan rutin bagi warga setempat untuk memantau kondisi tubuh dan melakukan pencegahan preventif.
      Dengan begitu, permasalahan kompleks terkait ruang dan bangunan Rusunawa Marunda dapat terealisasikan dengan baik. Sebab Kesehatan adalah harga mahal dari perjalanan hidup seseorang. Ketika mendapatkan Kesehatan yang baik, pastinya kita akan bisa memiliki dan memberi dampak positif kepada orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI