Mohon tunggu...
Nurmadani
Nurmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Santri Aktif Pondok Pesantren Darul Falah , Mahasiswa STIS Darul Falah Bondowoso𝗦𝗮𝗻𝘁𝗿𝗶 𝗔𝗸𝘁𝗶𝗳 𝗣𝗼𝗻𝗱𝗼𝗸 𝗣𝗲𝘀𝗮𝗻𝘁𝗿𝗲𝗻 𝗗𝗮𝗿𝘂𝗹 𝗙𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗕𝗼𝗻𝗱𝗼𝘄𝗼𝘀𝗼 , 𝗠𝗮𝗵𝗮𝘀𝗶𝘀𝘄𝗮 𝗦𝗧𝗜𝗦 𝗗𝗮𝗿𝘂𝗹 𝗙𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗕𝗼𝗻𝗱𝗼𝘄𝗼𝘀𝗼

Lebih senang menulis dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Vibes Lebaran Tak Bermakna, Misteri Jok Belakang Belum Sirna

13 April 2024   21:49 Diperbarui: 10 Juni 2024   22:46 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi di buat melalui canva

Setiap tahun, saat bulan Ramadhan berakhir, masyarakat Indonesia merayakan Idul Fitri dengan penuh sukacita dan kehangatan. Tradisi lebaran diisi dengan kebersamaan, silaturahmi, dan tentu saja, suasana penuh kegembiraan. Namun, di tengah riuh rendahnya keramaian lebaran, terdapat fenomena yang tak terelakkan: vibes lebaran yang terasa kurang bermakna, di mana misteri jok belakang yang belum sirna masih menghantui.

1. Vibes Lebaran Tanpa Makna

Meskipun lebaran adalah waktu untuk bersyukur dan berkumpul dengan keluarga, namun terkadang, kesibukan dan kecemasan akan persiapan lebaran dapat mengaburkan makna sejati dari perayaan ini. Vibes lebaran yang kurang bermakna seringkali muncul karena fokus yang terlalu besar pada hal-hal materiil, seperti persiapan makanan, dekorasi rumah, dan busana baru. Akibatnya, esensi spiritual dan nilai-nilai keagamaan sering kali terabaikan.

2. Misteri Jok Belakang Belum Sirna

Di balik gemerlapnya suasana lebaran, masih ada misteri yang menghantui banyak orang: jok belakang yang belum sirna. Ungkapan ini mengacu pada fenomena di mana hubungan antar keluarga, teman, atau tetangga masih dijaga dengan baik saat berada di hadapan orang lain, tetapi ketika di belakang, hubungan tersebut terasa rapuh atau bahkan hancur. Ini bisa disebabkan oleh pertentangan atau ketidaksepakatan yang tidak terselesaikan, dendam lama, atau perasaan yang terpendam.

Hal semacamnya sering kali kita jumpai umumnya pada muda mudi yang statusnya masih belum mempunyai pasangan. Akibatnya tidak sedikit dari mereka (tetangga) yang membicarakan akan persoalan tersebut, menurut mereka di usia yang sudah beranjak dewasa sudah selayaknya mempunyai pasangan, baik itu tunangan bahkan istri pun jika hal tersebut memungkinkan. Ocehan tersebut sering kali menghantui mereka yang masih belum mempunyai pasangan, sehingganya moment yang seharusnya terjadi saat lebaran perlahan sirna sebab gunjingan manusia yang hanya memikirkan keturunan yang menyampingkan masadepan.

3. Membangun Makna Lebaran yang Sejati

Untuk mengatasi vibes lebaran yang kurang bermakna dan menyelesaikan misteri jok belakang yang belum sirna, penting bagi kita untuk kembali kepada esensi sejati dari perayaan ini. Lebaran bukanlah hanya tentang pesta makanan atau busana baru, tetapi juga tentang introspeksi diri, memaafkan, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.Mari gunakan momentum lebaran untuk merenungkan nilai-nilai kebersamaan, kesederhanaan, dan keadilan.       

Mari kita buka hati untuk memaafkan kesalahan orang lain dan memperbaiki hubungan yang retak. Dengan demikian, kita dapat menghadirkan makna yang lebih dalam dalam perayaan lebaran dan menyatukan jok belakang yang masih terpisah.  

Dengan menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna sejati dari lebaran dan dengan mengatasi konflik yang ada, kita dapat menjadikan perayaan ini sebagai ajang untuk memperkuat hubungan sosial, mempererat tali persaudaraan, dan meningkatkan kedamaian di antara kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun