Mohon tunggu...
GedangMas
GedangMas Mohon Tunggu... Penulis - dua biji mata dan jari jermari ini melayang layang kelangit mewarnai rona cakrawala langit di senjannya ..kuharapka dia kembali pada masanya sendiri sesuai Janjinya

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Derita Pengidap Skizofrenia

3 September 2020   09:58 Diperbarui: 3 September 2020   09:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

REALITAS-PSIKOLOGIS yang diciptakan untuk merespon ketidakpuasannya. Ketidakpuasan terhadap hidup yang kemudian lari dalam angan-angan dan segala macam idealisme yang menjadi latar depan hidupnya....sementara realitas-eksistensial (kenyataan yg ada) hanya sebagai latar belakang dekorasi pelengkap penderita.

Sebenarnya, bagaimanakah  ya... membedakan antara realitas-psikologis dan realitas-eksistensial? Cobalah anda sekarang hening sejenak. Tutup mata dan lihatlah diri anda sendiri, apa yang riuh bergumul dalam benak pikiran anda? Apakah masalah cita-cita? Apakah obsesi pada gadis/pria idaman? Pet anda? Ataukah kericuhan memilih merek arloji yang terkeren buat anda? Atau bahkan beragam angan-angan tentang surga, tercerahkan

Ketahuilah dan catat : itulah realita s nyata -ataukan pulkass.bvursturr  psikologis.Ketika pikiran anda berhenti meributkan semua beban masa lalu dan keinginan2 masa depan....berhenti untuk menyadari berpijak pada masa KINI....merasakan hembusan napas anda....sensasi2 berdenyut yang terasa pada tubuh anda.....merasakan suasana sekeliling anda dengan seksama...., sadarilah tidak ada sesuatu apa pun yang kurang......tidak ada sesuatu apa pun yang berbahaya....mengancam....hal-hal yang dicemaskan / diiming2 oleh angan2 psikologis anda sesungguhnya tidak ada. Itulah realitas-eksistensial.Cobalah bereksperimen berpindah-pindah mode dari realitas-psikologis ke realitas-eksistensial , dan sebaliknya beberapa kali. Sampai anda mengenali secara pasti apa yang dimaksudkan.

Lalu cobalah berlatih untuk berdiam dalam realitas selama 30 menit. Lalu 1 jam. Makin lama durasinya makin panjang.
 ketidakpuasan membawa anda lari kepada dimensi-psikologis anda. Dan ketika berada di dimensi psikologis, maka realitas-psikologis anda merangsang anda untuk terus menerus mengejar ketidak-puasan demi ketidak-puasan tanpa ujung akhir.

Menyimak perkembangan usaha makar tetapi dengan orasi2 yg seolah-olah membela Pancasila, demokrasi dsb...lantas bagaimanakah supaya rakyat tidak dikacaukan dalam kebingungan ? Justru topik tulisan kali ini jawabannya. Ketika anda hanyut dalam realitas-psikologis maka akan kebingungan tidak mampu membedakan. 

Tapi bila kalian bisa berpijak pada realitas-eksistensial, maka dengan mudah membedakannya. Akan jelas siapa yang cengeng : keadaan nyata baik-baik saja tapi sangat rewel serba merasa tidak puas ....lalu semua pentas DRAMA itu.
"Kamu tuh laki! Sekalilpun secara psikologis pengin disebut perempuan, bergaya berbicara perempuan, tapi ya ekstensialnya tetap aja LAKI !" <==> "Kamu tuh Indonesia! Sekalipun secara psikologis pengin disebut bule/arab, bergaya berbicara londo/arab, tapi ya ekstensial tetap aja PESEK!"

Sebaliknya , pendapat umum masyarakat "seorang spiritual tidak lagi mempersoalkan agama2 yang ada, karena telah memahami dan mengerti"
Daripada itu jika seorang telah selesai dengan dirinya diam saja berpangku tangan melihat kekejian dan pembodohan oleh doktrin2 ajaran agama imitasian yg menimbulkan kebebalan dan perpecahan ...saya bilang orang tersebut egois. Sebuah kekejian juga membiarkan orang diperbudak agama dan dia diam saja tanpa usaha untuk memberi pitutur atau pengajaran.

Saya tahu menilai seperti itu juga karena ego.: Disitulah letak perbedaan antara yang sejati telah melampaui yang ada, dan yang berpura-pura melampaui. Ketika pura-pura telah melampaui, sebenarnya hanyalah hendak memamerkan dimensi-psikologisnya "Lihat ini lho daku sudah tenang tidak ribut-2 soal agama". 

Padahal tujuannya bukan untuk altruistik tapi menonjolkan pencapaiannya....atau bisa jadi itu memang kata-kata beracun (mulut manis) untuk membujuk orang diam saja dan membiarkan kegelapan-batin menguasai keadaan.
realitas politik hukum dan ham bgm.bisa merasakan gak? mati akal

Diseminarkan terbuka biar bisa dinilai apakah real atau mengada2.TERSERAH Persepsi anda  Ngapain pakai deklarasi isinya juga cuman tipu2 (lain dari tujuan sebenarnya)( Sholihul hadi si soso _ Bratanewsmedia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun