Mohon tunggu...
Made Yani
Made Yani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo semuanya! Saya mempunyai ketertarikan di bidang menulis. Pada akhirnya saya ingin mecoba menulis dan menuangkan isi pikiran saya dalam sebuah wadah. Hope you enjoy myblog guys

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengulik Kisah Remaja di Era Media Sosial dalam Film "Dear David"

24 Januari 2024   03:42 Diperbarui: 24 Januari 2024   03:43 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber. Instagram Sheina Cinnamon

Dear David, sebuah film Drama Fantasi yang dirilis pada tahun 2023, mengangkat kisah kehidupan remaja di sekolah menengah atas beserta segala keinginan dan fantasi yang melibatkan karakter utamanya, Laras. Film ini disajikan secara menarik oleh sutradara Lucky Kuswandi. Peran utama Laras diperankan oleh Sheina Cinnamon, sementara karakter pria bernama David diperankan oleh Emir Mahira. Dalam alur ceritanya, tokoh ketiga yang memegang peran penting adalah Dilla, yang diperankan oleh Caitlin North Lewis. Dear David tidak hanya sekadar film remaja biasa, dengan label usia 18 tahun ke atas, "Dear David" secara jelas ditujukan untuk penonton yang lebih matang, mungkin karena cerita yang mencakup tema dan konflik yang lebih relevan dengan pengalaman remaja dewasa. Pilihan ini menegaskan bahwa film ini lebih dari sekadar hiburan, melainkan juga karya seni yang ingin menyampaikan pesan kepada penontonnya.

Bagi penonton yang mencari referensi film remaja dengan cerita yang luar biasa, Dear David layak untuk ditonton. Film ini berhasil memberikan perspektif kehidupan remaja SMA yang lebih berani, melampaui batasan yang umumnya ditemui dalam film sejenis. Keberanian tersebut terlihat dalam karakter Laras yang mengungkapkan fantasi seksualnya melalui sebuah blog. Dear David menghadirkan konflik cerita yang realistis, menggambarkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para remaja. Film ini tidak hanya menyuguhkan hiburan, tetapi juga menjadi cermin kehidupan remaja modern dengan segala kompleksitasnya. Bagi mereka yang menginginkan pengalaman sinematik yang mendalam dan berbeda, Dear David menjadi pilihan yang menarik dan bernuansa lebih dari sekadar film remaja pada umumnya.

Dear David memfokuskan pada kebocoran blog Laras yang menjadi sumber masalah utama. Konflik yang terjadi dalam cerita film ini berkisar pada fantasi dewasa yang dirasakan oleh Laras terhadap David, rekan sekolahnya. Meskipun awalnya kehidupan Laras terlihat sempurna sebagai mahasiswa berprestasi dengan riwayat tanpa masalah dan berhasil meraih beasiswa unggulan di sekolahnya, namun dibalik citra tersebut, Laras menyimpan perasaan hati yang terpendam untuk David. David, sebagai sosok siswa tampan dan populer dengan banyak penggemar di sekolah, tidak pernah menyadari perasaan Laras. Laras tidak pernah secara terbuka mengungkapkan rasa sukanya pada David; sebaliknya, ia menyalurkan perasaannya melalui kisah percintaan yang tertulis dalam blog pribadinya. Laras menuliskan cerita tersebut tanpa mengungkapkan identitasnya, dengan harapan bahwa rahasia besar perasaannya terhadap David tetap terjaga. Ia ingin menikmati fantasi tersebut sebagai sesuatu yang hanya dimilikinya. Sementara itu, David sendiri tidak pernah menyadari bahwa dirinya menjadi objek fantasi bagi Laras. Di sisi lain, Dilla, sahabat Laras, diam-diam memiliki perasaan terhadap David, menciptakan dinamika hubungan yang kompleks di antara ketiganya. Paragraf ini menggambarkan konflik dan ketegangan emosional yang mewarnai hubungan antara Laras, David, dan Dilla dalam cerita Dear David.

Kejadian rumit dimulai pada hari Laras membuka blog pribadinya menggunakan komputer sekolah. Kejadian ini memicu kehebohan ketika beberapa anak lain secara tidak sengaja menemukan ceritanya dan terkejut karena dianggap terlalu vulgar untuk lingkungan sekolah menengah atas. Kemudian, cerita Laras tersebar ke media sosial, menciptakan citra yang memalukan di mata sekolah. Laras pun berada di ambang ketidakpastian, terutama setelah guru-guru mengetahui bahwa pada hari itu, blognya masuk ke komputer sekolah yang sedang digunakan untuk pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Nasib Laras pun tergantung pada apakah ia akan terungkap atau tidak. Masalah ini juga berdampak pada hubungannya dengan Dilla, sahabatnya, yang renggang karena situasi yang tidak mengenakkan ini. Dengan segala ketidakpastian yang mengitari nasib Laras, paragraf ini berhasil membangun ketegangan dalam cerita. Kejadian tersebut tidak hanya menciptakan situasi sulit bagi Laras di lingkungan sekolah, tetapi juga merusak hubungan persahabatan yang selama ini dijalin dengan Dilla.

Dibandingkan dengan film remaja sejenis seperti "Dilan 1990," yang juga menggambarkan kehidupan masa SMA, "Dear David" menunjukkan keberanian yang lebih besar dalam mengeksplorasi isu-isu yang menghiasi lingkungan remaja. Berbeda dengan "Dilan 1990," yang lebih fokus pada tawuran dan kisah cinta antara Dilan dan Milea, "Dear David" lebih menitikberatkan pada perjuangan Laras dalam mempertahankan privasi dan hak-haknya. Film ini menciptakan narasi kritis terhadap sistem yang terbangun dalam masyarakat, terutama dalam hal bagaimana institusi pendidikan menangani masalah di ranah pribadi. "Dear David" menggambarkan kritik terhadap prioritas pihak sekolah yang lebih terfokus pada upaya mengidentifikasi penulis blog daripada memahami pelanggaran privasi yang terjadi.

Namun, film ini memiliki kelemahan dalam aspek pengemasan. Hal ini tercermin dalam berbagai isu sensitif yang ingin diangkat, sehingga terkesan kurang fokus pada satu isu tertentu. Ide cerita yang menarik pada dasarnya belum sepenuhnya dieksekusi dengan baik, menciptakan kesan ketidakjelasan dan perasaan penonton yang terkadang bingung dengan fokus cerita yang tampak tersebar. Dengan kata lain, "Dear David" belum berhasil membangun sebuah narasi yang teratur dan jelas. Meskipun film ini berani membahas isu-isu penting dalam lingkungan remaja, kurangnya fokus dalam penyajian cerita dapat mengurangi dampak keseluruhan karya. Meski demikian, langkah berani ini dalam mengkritik dan menyuarakan isu-isu yang terkadang diabaikan oleh masyarakat dapat dianggap sebagai langkah positif dalam dunia perfilman remaja. Perlu dikembangkan lebih lanjut dalam aspek penyajian cerita agar film ini dapat mencapai potensi maksimalnya dan memberikan dampak yang lebih kuat kepada penonton.

Selain mengeksplorasi aspek kehidupan remaja, film ini secara menarik membahas berbagai isu sosial yang relevan. Salah satu isu yang ditampilkan dengan tajam adalah ketidaksetaraan gender, di mana film ini menggambarkan pandangan masyarakat terhadap wanita. Film ini mengkritik pandangan bahwa wanita seharusnya tidak menggambarkan fantasi seksual mereka, sementara pada hakikatnya, wanita adalah manusia dengan naluri alamiah untuk merespons ketertarikan pada lawan jenis. Isu lain yang diangkat adalah kebebasan berekspresi, di mana karakter utama, Laras, ingin dijelaskan sebagai seorang gadis dengan jiwa bebas yang berani mengekspresikan dirinya melalui tulisannya.

Film ini telah menerima pujian luas yang tidak hanya ditujukan pada aspek visualisasi yang mengagumkan, karakter pemain yang kuat, tetapi juga pada kekuatan ceritanya. Banyak yang menganggap bahwa film ini memiliki kualitas yang luar biasa. Namun, pesan yang disampaikan oleh film ini mungkin dianggap kontroversial oleh sebagian masyarakat. Beberapa opini menyoroti potensi normalisasi dalam menjadikan seseorang sebagai objek fantasi "dewasa." Meskipun demikian, pada dasarnya, film ini terlihat sangat berani dalam mendobrak batasan-batasan budaya dan tabu mengenai isu seksualitas di masyarakat Indonesia. 

Keberanian film ini terletak pada kemampuannya menyoroti isu-isu yang umumnya dihindari atau diabaikan dalam masyarakat Indonesia, seperti orientasi seksual, kesehatan mental, dan hak atas kebebasan. Meskipun mendapat kritik dari sebagian masyarakat yang mungkin masih memandang isu-isu ini sebagai tabu, film ini dengan tegas menghadapinya dan menampilkan realitas yang sesungguhnya. Kesimpulannya, film ini memberikan kontribusi positif dengan menghadirkan narasi yang mencerminkan keberagaman dan realitas sosial yang perlu dibicarakan, meskipun dihadapkan pada pandangan yang berbeda-beda dari penontonnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun