Mohon tunggu...
Made Yani
Made Yani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo semuanya! Saya mempunyai ketertarikan di bidang menulis. Pada akhirnya saya ingin mecoba menulis dan menuangkan isi pikiran saya dalam sebuah wadah. Hope you enjoy myblog guys

Selanjutnya

Tutup

Book

Kisah Inspiratif Perjuangan Anak-Anak Belitong dalam "Laskar Pelangi"

24 Januari 2024   02:00 Diperbarui: 24 Januari 2024   02:03 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Novel "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata adalah sebuah mahakarya sastra Indonesia yang menghadirkan kisah mendalam tentang kehidupan anak-anak di Belitong, sebuah pulau terpencil di Indonesia. Novel menjadi buku pertama dari tetralogi Laskar Pelangi, telah mencuri jutaan hati pembaca dengan keindahan cerita, karakter yang kuat, dan pesan mendalam yang terkandung di dalamnya. Meski sudah diterbitkan pada tahun 2005 silam, buku ini masih menjadi kisah fenomenal di Indonesia. Buku ini mampu menyentuh aspek emosional pembaca. Bagi anda peminat novel dengan kisah inspiratif emosional, buku ini begitu layak untuk anda baca. Novel Laskar Pelangi menggambarkan bagaimana upaya anak-anak daerah terpencil mengejar mimpi di tengah keterbatasan. Novel ini memberikan banyak pesan moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui kisah kehidupan masyarakat Belitong dengan berbagai tantangan. Dengan ceritanya yang sangat menarik Laskar Pelangi mengantongi berbagai prestasi, diantaranya masuk di dalam International Best Seller hingga diterjemahkan dalam 40 bahasa asing dengan total 22 cetakan bahasa asing dan beredar lebih dari 130 negara di dunia. Selain itu, Film yang diadaptasi dari buku ini ditayangkan dalam ajang The Berlin International Film Festival.  

Novel Laskar Pelangi ditulis berdasarkan kisah nyata oleh Andrea Hiranata, yang berlatar tanah kelahirannya di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Kisahnya semakin menarik karena ia juga menambahkan cerita ini bersama dengan teman-temannya, yang kemudian dikenal dengan Laskar Pelangi. Kisah dalam buku ini mengajak kita sebagai pembaca untuk larut dalam ceritanya. Kisah tentang bagaimana sederhananya kehidupan masyarakat Melayu di Belitong yang berjuang untuk tetap hidup. Novel Ini membuat pembaca menangis dengan kisah persahabatan yang manis, dan kadang membuat pembaca bertanya-tanya tentang mengapa kehidupan di atas tanah timah itu tidak sekaya apa yang mereka pijak. 

Dibandingkan dengan karya Andrea Hirata yang lainnya seperti novel Orang-orang Biasa, Laskar Pelangi terkesan jauh lebih menggugah. Karena novel ini menunjukkan bahwa setiap orang unik dengan bakat yang mereka miliki.  menggambarkan kehidupan di desa kecil Gantong, Belitong, dengan penuh kehangatan dan keunikan. Cerita diawali dengan keputusan sekelompok anak muda pemberani untuk menghadapi kenyataan sekolah mereka, SD Muhammadiyah, terancam ditutup karena minimnya siswa. Namun, bukannya menyerah pada nasib buruk, anak-anak ini membentuk kelompok yang mereka sebut "Laskar Pelangi" dan bersatu untuk menyelamatkan sekolah mereka.

Salah satu tema utama yang diangkat dalam "Laskar Pelangi" adalah pentingnya pendidikan. Melalui perjuangan Laskar Pelangi untuk mempertahankan sekolah mereka, Andrea Hirata menyampaikan pesan kuat tentang kekuatan pendidikan sebagai sarana untuk mengubah nasib dan membuka pintu menuju mimpi. Ini menjadi inspirasi bagi pembaca untuk menghargai nilai pendidikan dan memberikan apresiasi lebih terhadap hakikatnya. Setiap karakter dalam Laskar Pelangi memiliki peran penting dalam membangun cerita, dan pesan moral yang terkandung dalam perjalanan hidup mereka memberikan inspirasi dan refleksi mendalam bagi pembaca. 

Salah satu keunggulan utama novel ini adalah kemampuan penulis dalam menciptakan karakter yang hidup dan mendalam. Laskar Pelangi mengangkat kisah 10 orang anak manusia, dengan latar belakang ekonomi menengah kebawah. Namun, mereka sama-sama memiliki semangat dalam dunia pendidikan. Cerita ini membuat pembaca terenyuh dengan penggambaran perjuangan mereka yang tidak mudah secara finansial. Konflik kisah dimulai dari cerita anak-anak Laskar Pelangi yang berjuang bersama menempuh pendidikan di SD Muhammadiyah Gantung. Sekolah kecil yang mungkin saat ini disebut dengan gubuk dan hampir ditutup karena kekurangan peserta akademik. Beruntung, sekolah ini masih dapat beroperasi dengan 10 anak Laskar Pelangi.  Ironinya dalam kisah ini, Belitong merupakan tanah yang sangat kaya dengan sumber daya alam berupa timah. Namun, kesejahteraan masyarakat sangat rendah bahkan banyak masyarakat yang hidup tidak layak. Termasuk kehidupan 10 anak laskar pelangi yaitu, Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, Syahdan,  A Kiong, Borek,  Kucai, Trapani, dan Harun. 

Namun, seperti halnya banyak karya sastra lainnya, "Laskar Pelangi" juga tidak lepas dari adanya kritik. Beberapa pembaca mungkin menilai bahwa novel ini terlalu idealis dalam menggambarkan perjalanan hidup Laskar Pelangi, dengan beberapa kejadian yang dianggap terlalu dramatis. Kelemahan novel ini terletak dalam beragamnya kultur yang ditampilkan sehingga cenderung belum lumrah bagi pembaca. Banyak istilah yang muncul dan membuat pembaca bingung, terlebih posisi glosarium yang diletakkan pada bagian akhir novel. Selain itu novel ini, sedikit menggantung pada akhir cerita. Tidak ada happy atau sad ending, pembaca dapat mempersepsikan sendiri bagaimana ending dari novel ini. 

Andrea Hirata juga mengemas keanekaragaman budaya yang unik masyarakat melayu di Belitong. Ini tercermin dari penggunaan bahasa dan dialog yang digunakan. Novel ini sangat menggambarkan masalah atau isu sosial yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dengan adanya isu utama mengenai kesulitan pendidikan bagi masyarakat menengah kebawah. Masalah mengenai pendidikan ini dipicu dari adanya kemiskinan, kesenjangan sosial, dan masalah sosial lainnya. Buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca oleh pemerintah, tenaga pendidik, juga anak-anak indonesia, karena buku ini akan membuka cakrawala. Bagi pemerintah buku ini dapat menunjukkan bagaimana masyarakat menerima ketidakadilan dan kesenjangan sosial yang sangat kentara. Bagi tenaga pendidik, dapat mencerminkan sikap para guru yang ikhlas salam mengejar dan memperjuangkan anak didiknya. Sedangkan bagi generasi muda Indonesia buku ini mengajarkan untuk jauh lebih bersyukur, khususnya bagi yang dapat dengan mudah mendapatkan akses pendidikan. 

Gaya penceritaan Andrea Hirata juga patut diapresiasi. Bahasanya yang kaya dan deskriptif memberikan gambaran yang hidup tentang kehidupan di Belitong. Penulis dengan cermat memilih kata-kata untuk menciptakan atmosfer yang mendalam dan memikat. Cerita ini tidak hanya sebatas pada penggambaran kehidupan anak-anak di desa, tetapi juga menggali masalah-masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat Belitong. Andrea Hirata mengajak pembaca untuk melihat realitas kehidupan di daerah terpencil, di mana pendidikan bukanlah privilese yang mudah diakses. Novel ini secara tajam menyoroti tantangan dan ketidaksetaraan yang dihadapi anak-anak di daerah tersebut, tetapi sekaligus menyiratkan harapan dan semangat untuk mengubah nasib mereka. 

Dalam konteks sejarah sastra Indonesia, "Laskar Pelangi" menjadi salah satu tonggak penting yang mengubah paradigma penulisan dan penerimaan novel di Indonesia. Andrea Hirata berhasil menghadirkan cerita lokal yang bisa dinikmati oleh pembaca dari berbagai latar belakang budaya. Keberhasilan novel ini membuka jalan bagi penulis-penulis Indonesia lainnya untuk mengeksplorasi cerita-cerita lokal yang memiliki daya tarik universal. "Laskar Pelangi" bukan hanya sebuah novel, tetapi karya seni yang memukau dan menginspirasi. Andrea Hirata berhasil menciptakan kisah yang tidak hanya merepresentasikan kehidupan di Belitong, tetapi juga menjadi cermin bagi perjuangan, persahabatan, dan kekuatan mimpi. Novel ini adalah sebuah perjalanan emosional yang membuat pembaca tersentuh dan terus terbawa dalam pesan kehidupan yang diusungnya. "Laskar Pelangi" tidak hanya membaca sebuah kisah, tetapi merasakannya, dan itulah keindahan sejati dari karya sastra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun