Dani tersenyum lebar saat ditanya mengenai kenangannya di tikungan ini. Seolah memori lamanya bermain kembali tatkala ia dan kawan-kawannya datang untuk sekedar nongkrong bersama. "Suasananya memang sudah berubah, dulu Blok M amat sangat ramai, sekarang memang agak sepi," ungkapnya sambil menghisap satu batang rokok. Â
Malam itu Dani dan keluarga kecilnya datang jauh dari Tanjung Priok sekitar jam 11 malam hanya untuk menikmati Gultik (Gulai Tikungan) yang menjadi favoritnya. Jika dilihat memang keadaan sekitar sedang sepi. Mungkin karena hari itu adalah kamis yang masih menjadi hari kerja, jadi tidak banyak yang datang untuk menikmati suasana malam tikungan Blok M.Â
Suasana malam semakin menyelimuti, tetapi salah jika berpikir tempat ini makin sepi. Ternyata semakin malam tempat ini menjadi semakin ramai. Seperti Dani saat berada di tahun 2008, muda-mudi banyak yang datang bersama dengan teman-temannya. Mereka duduk bergerombol sambil saling berbagi cerita. Entah cerita dunia kuliah atau dua pekerjaan. "Tempat ini memang ramai dikunjungi anak muda, biasanya weekend akan jauh lebih ramai" ungkap Dani sambil menengok kanan kirinya.Â
Berbeda dengan Dani, perempuan di sebelahnya, Desi istrinya mengakui bahwa ini kali pertama baginya ikut untuk datang serta menikmati suasana malam Blok M. "Saya pertama kali kesini, sebenernya biar pernah juga, sekalian nganter anak-anak" ungkapnya sambil memegang pipi buah hati kesayangannya yang berusia tujuh dan empat tahun.
Berbagai Warna Menjadi Satu
Jejeran mobil berbagai merk dan motor terparkir rapi sepanjang jalan ini. Bagaimana jika weekend, pasti sangat ramai. Ternyata banyak yang memilih gulai tikungan untuk menjadi tempat favorit. Entah karena gulainya yang lezat atau tempatnya yang nyaman untuk berkumpul bersama.
Jika menelusuri jalan dari Taman Barito sampai di tikungan Blok M akan nampak berbagai  pemandangan manis. Mulai dari rombongan keluarga yang asik bercengkerama, sepasang kekasih yang saling menggenggam tangan, hingga dunia pertemanan yang nampak sangat menyenangkan.Â
Namun, ditengah manisnya pemandangan itu tak jarang terdapat pandangan miris yang menyayat hati. Seorang wanita tua berbekal pengeras suara bernyanyi di tengah kumpulan pengunjung yang datang. Meski beberapa kali mendapat penolakan ia tak gentar mengeluarkan alunan suaranya, yang bisa dibilang merdu meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Padahal kita tahu di usia senja seharusnya orang tua dapat menikmati kehidupannya dengan baik di rumah bersama cucu atau anak-anaknya.
Tidak hanya beliau, ternyata banyak anak-anak yang juga datang bernyanyi dan beberapa anak muda juga memilih untuk mengamen. Sekali, dua kali masih bisa dimaklumi, tapi mereka yang datang silih berganti agaknya cukup mengganggu mereka yang ingin menikmati waktu tenangnya. Sedih? Tentu, tetapi mereka sedang menjalani perjalanan hidup yang sudah menjadi garis kisah yang harus dilalui. Â
Benar ungkap BPS pada Agustus 2022 bahwa tingkat pengangguran Indonesia memang sangat tinggi yaitu mencapai 8,4 juta banyaknya dari total 5,86% dari total angkatan kerja nasional. Mungkin mereka adalah salah satunya.Â