Mohon tunggu...
Made Widya Paramartha
Made Widya Paramartha Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Akuntansi Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta\r\ncars and watches enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Melihat Sisi Lain Musik EDM

7 Oktober 2014   20:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:01 5123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hello, kompasiana readers!! Salam damai bagi kita semua!!

Belakangan ini, terdapat salah satu genre musik yang sedanghits,khususnya di kalangan anak muda. Genre musik yang dimaksud adalah EDM (electronic dance music). EDM sendiri terbagi atas beberapa sub-genre, seperti dubstep, electro house, brostep, post-disco, dan lain-lain.  Dikutip dari Wikipedia, musik EDM sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1977. Genre ini dipelopori oleh produser Giorgio Moroderdan vokalis Donna Summerpada lagu "I Feel Love".

Musik EDM banyak menggunakan instrumen elektronik, baik dalam pembuatan lagu, maupun memainkan lagu. Instrumen-instrumen tersebut berupa controller, mixer, recorder, keyboard, dan sebagainya. Dengan proses mixing yang pas, berbagai macam beat dan instrumen yang digunakan sebagai sumber mixing akan menghasilkan nada-nada yang enak didengar di telinga. Proses mixing ini juga dapat digabungkan atau menggunakan instrumen dari genre musik lain, seperti jazz, pop, rock, bahkan musik tradisional sekalipun. Biasanya, musik EDM dibawakan oleh DJ, yang juga merangkap sebagai produser musik. DJ-DJ tersebut juga sering mengadakan kolaborasi, baik dengan sesama DJ, maupun musisi lain. Sebagai contoh, Calvin Harris, Alesso, David Guetta, Afrojack, Tiesto, Hardwell, Armin van Buuren, Sebastian Ingrosso, Avicii, Martin Garrix, Steve Aoki, dan sebagainya. Umumnya, mereka menciptakan nada, beat, dan melakukan proses mixing, lalumusisi lain yang berkolaborasi bertugas di bidang vokal atau lirik lagu. Banyak dari mereka yang berkolaborasi dan menciptakan hasil yang sukses digemari para fans mereka di seluruh dunia. Inilah yang membuat mereka sering mengadakan tur konser keliling dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, pasar musik EDM terbilang segmented. Beberapa DJ dan musisi EDM asal Indonesia juga cukup digemari kalangan muda, seperti Midnight Quickie, Dipha Barus, DJ Yasmin, Dimas Akira, hingga DJ yang sudah go international, yaitu Angger Dimas.

EDM sendiri sudah memiliki banyak penggemar fanatik. Biasanya, penggemar fanatik ini berusia belasan, hingga 40-an tahun. Mereka biasanya menikmati musik ini di berbagai tempat, seperti sekolah, kantor, gym, acara ulang tahun, dan lain-lain. Musik EDM biasanya memiliki beat yang cepat, sehingga dapat membuat para pendengarnya lebih bersemangat untuk beraktivitas.

Karena banyaknya animo penikmat musik EDM, banyak promotor konser di berbagai belahan dunia membuat konser atau festival musik, seperti Tommorowland, Tommorow World, Ultra Music Festival,A State of Trance, dan lain-lain. Promotor konser di Indonesia pun tak mau kalah. Untuk memenuhi permintaan penggemar musik EDM di Indonesia, berbagai konser dan festival musik EDM pun diselenggarakan, seperti Djakarta Warehouse Project, Dreamfields, dan lain-lain. Para promotor tersebut mengundang berbagai DJ kelas dunia untuk perform pada konser atau festival musik yang mereka selenggarakan. Istilah keren bagi pesta, konser, atau festival musik EDM disebut rave party.

Sayangnya, musik ini sering menimbulkan pikiran negatif dari beberapa orang, seperti identik dengan diskotik, klub malam, narkoba, minuman keras, dan lain-lain. Padahal, ini merupakan ulah beberapa penikmat musik EDM nakal yang menikmati musik ini dengan melakukan berbagai penyimpangan, seperti mabuk-mabukkan, merokok, hingga menggunakan narkoba ketika rave party berlangsung. Sekitar setahun lalu, DJ sekaligus produser asal Jerman yang karirnya sedang naik daun, Zedd, mengungkapkan kekecewaanya di akun twitter miliknya, karena ada penonton yang tewas akibat overdosis ketika menonton konsernya. Menurutnya, menikmati musik EDM dibuat untuk berbagi kegembiraan dengan berdansa bersama-sama, bukan melakukan penyimpangan, seperti mabuk-mabukkan, overdosis, dan lain-lain.

Menurut saya, acara rave party bukanlah ajang untuk melanggar hukum, melakukan penyimpangan, ataupun mencari keributan. Melainkan ajang untuk mengakrabkan satu sama lain, mempersatukan para penikmat musik EDM dan berbagi kegembiraan dan keceriaan bersama dengan cara berdansa dan berjoget bersama sama, tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, warna kulit, dsb. Sejujurnya, selama ini saya sendiri belum pernah mengikuti rave party yang sesungguhnya. Tetapi, ketika mengikuti prom nite ketika lulus SMA, sesi "semi rave party" yang saya ikuti, saya merasakan adanya emosi positif dan energi terpendam yang sebelumnya tidak pernah terungkapkan. Saya mengetahui bahwa event seperti ini memiliki dampak positif terselubung, seperti mengakrabkan diri dengan berbagai macam orang dari berbagai kalangan, melupakan setiap masalah, menyegarkan tubuh dan pikiran, mengeratkan persaudaraan, dan lain sebagainya. Jadi, jika tidak melakukan penyimpangan, musik EDM dapat dinikmati secara sehat dan benar. Menurut saya, musik EDM merupakan musik yang bersifat bebas, karena dalam pembuatan musiknya, produser tidak memiliki pakem tertentu yang menjadi dasar bagi penciptaan lagu. Selain itu, musiknya juga mengajak orang untuk bebas berdansa dan melepaskan stress para pendengarnya.

Terima kasih telah membaca artikel ini. Salam sejahtera bagi kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun