Pembelajaran merupakan suatu aktivitas belajar, Gagne(1977) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang bersifat internal. Pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar. Pembelajaran hendaknya dirancang menyesuaikan dengan kebutuhan dari peserta didik. Sebelum seorang Pendidik melakukan sebuah proses belajar, Pendidik terlebih dahulu dapat memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat serta kesiapan peserta didiknya.
Masa pandemic virus covid-19 yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun ini mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pembelajaran pada pendidik dan peserta didik. Banyak hambatan yang terjadi dalam pembelajaran dengan system daring mengakibatkan banyak pula keluhan-keluhan yang mulai bermunculan baik dari orang tua, peserta didik bahkan dari pendidik itu sendiri. Pembelajaran menjadi tidak maksimal karena keterbatasan dari system daring mulai dari jaringan internet, keterbatasan kemampuan orang tua serta hal yang paling penting sekalipun, misalnya: pemahaman anak/peserta didik yang terbatas.
Hal ini menjadi catatan penting bagi pendidik dalam mempersiapkan materi yang akan diberikan. Proses belajar diharapkan mampu menarik minat anak, memberikan pemahaman dan anak senang untuk mengerjakannya. Utamanya pada anak usia dini. Pada anak usia dini yang berada pada rentang usia 0-8 tahun yang masih berada pada tahap konkret. Anak belajar dari sesuatu yang nyata, yang memberikan pengalaman baru bagi anak dan mampu mengkolaborasi pemahaman lama kedalam pengalaman baru yang diterima. Hal ini sejalan dengan teori kognitif Jean Piaget bahwa proses belajar terjadi pada proses asimilasi-akomodasi-equilibrium.
Merujuk pada karakteristik anak usia dini yang masih berada pada tahap konkret maka diharapkan pembelajaran dapat dikemas dengan model pembelajaran kreatif-kolaboratif, agar proses asimilasi-akomodasi-equilibrium dapat di aplikasikan pada anak usia dini dengan mudah dan sederhana. Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran yang memberikan ruang bebas bagi peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru maupun mengkolaborasikan sesuatu yang telah ada menjadi terbarukan.
Pendidik dapat menganalisis kebutuhan dan minat anak dalam suatu pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. Misalnya : guru akan mengajarkan tentang pengenalan bentuk-bentuk geometri pada anak. Agar konsep geometri dapat dipahami dengan mudah oleh anak , walaupun pembelajaran daring. Guru dapat mengajak anak mengidentifikasi semua benda yang ada disekitar anak dan berikan waktu untuk anak menyebutkan benda-benda tersebut seperti: meja, kursi, jam dinding, buku dsb. Kemudian guru mengajak anak mengenal satu persatu benda tersebut misalnya: meja punya empat kaki dan permukaan meja mirip dengan bentuk perrsegi empat, nah disini guru bisa mengajak anak untuk mengambar benda-benda yang ditemukan anak dengan pola dasar bentuk-bentuk geometri, mewarnai, bercerita gambar yang dibuat dan menyebutkan pola dasar, bahkan dapat diajak bernyanyi untuk memberikan kesan menyenangkan pada Anak.
Pembelajaran pada anak usia dini yang terpenting adalah proses, ingat bahwa anak usia dini lebih ditekankan pada proses bukan hasil yang didapatkan, karena anak usia dini memiliki karakteristik yang unik dan masih imajinatif dalam proses berpikirnya. Sehingga pembelajaran yang dibutuhkan adalah sesuatu yang kreatif dan guru mampu untuk mengkolaborasikannya.
Hal ini juga akan mempermudah orangtua dalam mendampingi anak-anaknya dala proses belajar, bahan yang sederhana namun menciptakan sesuatu yang luar biasa, unik dan mampu memberikan pemahaman yang tepat sasaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H