Mohon tunggu...
Made In Indonesia Indonesia
Made In Indonesia Indonesia Mohon Tunggu... -

\r\nFollow twitter kami : @minesiastore

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Presiden, Keamanan dan Asia Tenggara Digenggam

20 Mei 2014   08:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:20 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1965, Usman dan Harun anggota TNI ditangkap di Singapura, setahun kemudian dihukum mati di negeri Singa tersebut, (Alm) Pak Harto yang saat itu sudah menjadi presiden ingin mengembalikan supremasi TNI, mengembalikan Korps Komando Operasi (KKO) ke dalam supremasi sesungguhnya karena cara Singapura menghukum mati kedua pahlawan tersebut dianggap meremehkan TNI. Cara (alm) Pak Harto sederhana yaitu membuat Lee Kuan Yew menabur bunga di pusara pahlawan Usman Harun, Lee Kwan Yue yang tak memberikan grasi atau ampunan kepada dua pahlawan tersebut menabur bunga dengan muka tak berekspresi, sebuah "kekalahan" hingga menjadi tanda perdamaian di kedua negara karena Singapura "menyerah" dengan syarat .

Sosok (alm) pak Harto yang mengerti strategi perang benar-benar membuat negara di kawasan siap gerak dalam membaca The Smiling Jendral (alm) pak Harto. Malaysia pun selama (alm) pak Harto berkuasa mengangap Indonesia sebagai saudara tua, tapi ketika (alm) pak Harto lengser, Malaysia menjadi musuh dalam selimut rumpun. Mengakuisisi Sipadan dan Ligatan, mengklaim budaya-budaya Indonesia secara sepihak, menjadi sebuah album dari perjalanan Indonesia-Malaysia pasca reformasi. Di selatan kawasan, Australia terus menyadap pembicaraan, mengatur pola kebijakan luar negeri Indonesia secara tersirat, Indonesia tiba-tiba menjadi bangsa yang krisis untuk dihargai.

Teroris yang berperang diluar negeri , menyiapkan bekal untuk berperang kembali didalam negeri usai (alm) pak Harto lengser, serangkaian rencana pengeboman untuk membuat seluruh warga Indonesia dalam kondisi kecemasan benar-benar menghantui kondisi bangsa reformasi. Perampokan bank-bank merajalela dengan senjata api yang levelnya tak biasa, perampokan disertai pembunuhan menjadi menu kriminal disetiap bulannya. Bangsa ini mulai krisis keamanan dari dalam usai (alm) Pak Harto lengser.

Masyarakat sebenarnya memahami keadaan ini, karena itu muncul pak SBY yang dinotabenekan dalam wujud militer ala (alm) pak Harto yang berani memberangus semua bentuk gangguan terhadap ketertiban masyarakat. Tapi ternyata Pak SBY yang jenderal tak seperti (alm) pak Harto yang  garang di lapangan. Pak SBY adalah jendral dengan taktikal perang tak sehebat pendahulunya (alm) pak Harto yang benar-benar ikut berperang melawan penjajah. Maka cara SBY mengelola ketertiban masyarakat sesuai dengan pola pendidikan barat yang tak menghendaki cara-cara "diluar" jalur.

Kini masa untuk mempunyai pemimpin atau presiden dengan kegarangan telah muncul lewat pak Prabowo Subianto. Jendral yang satu ini malang melintang  memimpin operasi militer. Operasi pembebasan sandera pembajakan pesawat Garuda di Thailand sampai operasi militer untuk penyatuan Timor-Timur ke Indonesia diotaki oleh pak Prabowo.

Pak Prabowo menghadirkan rasa aman lewat tatapan tajan dan pidato berapi-api. Kopasus yang sejak reformasi dalam posisi diam mungkin akan bisa membantu POLRI dalam menjaga stabilitas. Selain membuat POLRI yang butuh reformasi dari dalam, Polri juga seperti kesulitan untuk dapat menjaga ketertiban masyarakat.

Kita ingat dalam dua bulan terakhir aksi seorang  prajurit TNI  yang mengagalkan tindakan pemerkosaan yang dilakukan beramai-ramai di Semarang. Kemana polisi ketika tindakan terjadi, tak reaktif  sering terbawa birokrasi rumit negeri, beda dengan TNI yang cepat dan sigap. Dengan ketertiban ala Prabowo, seorang ibu dapat berpergian dengan angkot tanpa khawatir tindakan pemerkosaan karena setiap para pemerkosa dan para pelaku tindakan yang menjijikan lainnya seperti perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, pedofil, harus ditangani secara militer ala orde baru, efek jera dan membuat kapok setiap pelaku agar tak muncul pelaku baru berikutnya.

Jadi serahkan ketertiban negeri kepada ahlinya, Pak Prabowo Subianto..............

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun