Mohon tunggu...
Made Adhi Gunadi
Made Adhi Gunadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

travel enthusiast, akademisi pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Meracik Kuliner sebagai Atraksi Wisata

28 September 2017   11:46 Diperbarui: 28 September 2017   11:59 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliner Indonesia dengan keragaman dan kekayaannya memiliki potensi besar sebagai salah satu daya tarik wisata Indonesia. Namun hasil survei Passenger Exit Survey (PES) yang rutin tiap tahun dilakukan Kemenpar maupun riset lainnya menunjukkan bahwa kuliner belum lah menjadi primary motivations untuk berkunjung ke Indonesia. Lalu bagaimana strategi untuk mengoptimalkan potensi wisata kuliner?

Jika dilihat dari kajian pariwisata, faktor utama yang menarik wisatawan berkunjung adalah atraksi. Artinya, kita harus menjadikan kuliner sebagai atraksi, bukan sekedar salah satu elemen amenitas saja. Untuk mengemas kuliner sebagai atraksi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.

Pertama, mengemas kuliner menjadi satu paket wisata yang menonjolkan story di balik tiap makanan. Apa yang dilakukan Good Indonesian Food dan Komunitas Lasem merupakan contoh baik dari pendekatan ini. Pengalaman GIF dan Lasem menunjukkan bahwa wisatawan tertarik pada authentic local experience yang diberikan, bukan mengejar rasa dari kulinernya. Pendekatan ini mensyaratkan adanya dukungan story yang kuat dan menarik dibalik sajian kulinernya.

Pendekatan kedua, adalah mengemas kuliner sebagai event atau festival. Contoh baik nya adalah Ubud Food Festival dan Jakarta Food & Fashion Festival (dalam beberapa bagian tertentu). Penyelenggaraan event secara reguler dan dipromosikan jauh hari sebelumnya akan sangat membantu wisatawan merencanakan kunjungannya mengikuti event tsb.

Pendekatan ketiga, adalah dengan menonjolkan unsur spasial/lokasi atau brandnya. Contoh untuk ini adalah apa yang terjadi pada Hard Rock Cafe, Starbucks, Toko Oen, Filosofi Kopi, Ulee Kareng, La Plancha dll. Disini, wisatawan datang karena ketenaran tempat nya, entah itu tenar karena history (mis Toko Oen, Ragusa, Cafe Batavia, Braga Permai, Ulee Kareng), lifestyle (mis Filosofi Kopi, Hard Rock Cafe, Starbucks, La Plancha), ataupun keunikannya/instagramable (Bali Pulina, Mexicola, Rara Jonggrang, Jimbaran seafood).

Selayaknya dukungan dan promosi dapat difokuskan pada ketiga pendekatan tersebut. Penyelenggaraan event Asian Games 2018 tahun depan dapat kita manfaatkan dengan menyiapkan dan mempromosikan ketiga pendekatan tersebut di Jakarta maupun Palembang. Story dibalik kuliner Jakarta dan Palembang, festival kuliner yang meriah, serta tempat-tempat ikonik bernuansa kuliner sepatutnya kita siapkan dari sekarang. Tak malah pentingnya juga adalah menyiapkan materi informasi dan promosi tentang kuliner tersebut jauh hari sebelumnya, baik dalam format digital maupun cetak ---termasuk materi dalam bahasa Mandarin untuk menggaet potensi wisatawan China yang sangat besar.

Mengutip pernyataan Pak Arief Yahya bahwa "kemenangan itu disiapkan," yuk kita siapkan kemenangan wisata kuliner Indonesia.

*Catatan ringan dari Workshop Strategi Pemasaran Wisata Kuliner & Belanja Kemenpar, 20 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun