Bali wae nang Jogja. Salah satu tulisan yang terpampang di kaos Dagadu itu boleh dibilang sangat mengena dalam mendeskripsikan Yogyakarta di dunia pariwisata Indonesia. Tulisan singkat dan cergas dalam bahasa Jawa itu dapat dimaknai dalam dua pengertian. Pertama, jika diterjemahkan secara literer, menunjukkan bahwa mereka yang pernah berkunjung ke Yogya pasti ingin kembali lagi ke Yogya. Makna kedua menunjukkan bahwa Bali pun juga ada di Yogya, hingga wisatawan bisa menikmati keduanya di Yogya tanpa perlu lagi ke Bali.
Dalam konteks pariwisata, kedua makna tersebut menunjukkan keunggulan sekaligus kelemahan Yogya. Sebagai destinasi wisata, Yogya memiliki paduan kekayaan budaya, tradisi kuat, sejarah panjang dan pesona alam yang berhasil memikat dan membuat wisatawan betah dan selalu ingin kembali. Namun, dalam hal pamor wisata, Yogya masih berada di bawah bayang-bayang Bali. Hal ini dapat dilihat dari posisi Yogya ditinjau dari jumlah kunjungan wisatawannya memang selalu menjadi nomer dua setelah Bali. Memang sebetulnya sulit membandingkan antara Bali dan Yogya karena sebagai destinasi wisata, keduanya memiliki keunikan masing-masing. Namun mengingat kekayaan potensi wisata Yogya, sebetulnya Yogya sangat berpeluang untuk dapat menarik lebih banyak wisatawan berkunjung.
Daya Tarik Budaya dan Alam
Lalu bagaimana agar peluang itu terwujud? Terlepas dari masalah infrastruktur dan kemudahan akses bagi wisatawan untuk berkunjung, Yogya memiliki modal daya tarik yang kuat dan unik. Selanjutnya, modal daya tarik ini perlu dikomunikasikan secara tepat dan terarah pada wisatawan calon pengunjung Yogya. Jika daya tarik ini terkomunikasikan dengan baik, niscaya keinginan wisatawan untuk berkunjung kian besar dan kuat, bahkan dapat mengabaikan masalah infrastuktur dan akses yang ada.
Sebelum merancang komunikasi atau promosi tentang Yogya, mari kita kenali dulu keunggulan daya tarik yang dimiliki Yogya. Berbagai referensi menunjukkan bahwa dalam pemilihan destinasi terdapat dua atribut yang menjadi pertimbangan utama wisatawan, yaitu atribut budaya dan atribut pesona alam. Dalam konteks Indonesia, kedua atribut juga memainkan peran serupa (Gunadi, 2011). Seperti kita tahu, Yogya memiliki kedua atribut tersebut, bahkan sangat khas dan unik. Artinya, kedua atribut unggulan tersebut haruslah menjadi focus dan pesan utama dalam seluruh kegiatan komunikasi dan promosi Yogya sebagai destinasi wisata.
Menjangkau Social Traveler
Dengan adanya focus tersebut, maka strategi komunikasi pemasaran dapat mudah disusun. Selain pesan, hal krusial lainnya dalam komunikasi adalah mengenali target audiens. Dengan mengenali audiens, kita dapat merancang saluran yang tepat untuk menjangkau mereka. Dalam dekade terakhir, terjadi perubahan karakter dan kemunculan tren baru dalam berwisata. Perubahan yang menonjol adalah munculnya “new tourist” yaitu wisatawan yang lebih well-informed, senang berinteraksi dengan masyarakat lokal (Poon, 2010). Wisatawan kategori “new tourist” ini kini popular dengan sebutan social traveler dan menunjukkan tren yang terus meningkat jumlahnya. Sebagai social traveler, sebelum berkunjung mereka selalu membekali diri dengan berbagai informasi seputar destinasi yang akan mereka kunjungi. Survei yang diselenggarakan dari Visa (2011) menunjukkan bahwa internet menjadi sumber informasi utama bagi wisatawan sebelum melakukan kunjungan wisata. Artinya, pesan tentang Yogya harus ada di internet jika ingin dipertimbangkan sebagai pilihan destinasi oleh calon wisatawan.
Banyak cara dapat dilakukan agar daya tarik Yogya hadir di internet. Cara yang umum tentu saja dengan memiliki situs tersendiri tentang pariwisata Yogya. Selain itu dengan mendorong munculnya tulisan-tulisan di berbagai media online, blog dan social media. Dalam berbagai media itu, penting diperhatikan bahwa informasi yang disampaikan haruslah lengkap, akurat dan memiliki versi Bahasa Inggris untuk menjangkau calon wisatawan asing. Selanjutnya, keunggulan media digital yang bersifat interaktif dapat dimanfaatkan dengan membuat online game yang ber setting Yogya. Misalnya game bertemakan Amazing Race, dimana peserta diberi petunjuk tertentu untuk mencari dan menjelajahi berbagai lokasi wisata budaya, alam dan heritage yang ada di seantero Yogya. Peserta yang menjadi pemenang mendapat hadiah paket wisata untuk mengunjungi lokasi sebenarnya yang ada dalam game tersebut. Melalui game ini, peserta diajak untuk lebih mengenal berbagai atribut wisata Yogya dengan cara yang fun dan akhirnya tertarik untuk mengunjunginya secara langsung.
Sebagai upaya komunikasi pemasaran wisata, penyusunan konten/fokus informasi yang sesuai dan penggunaan media yang tepat tetap tidak dapat berdiri sendiri. Pertama, upaya komunikasi tersebut haruslah dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Wisata bukanlah kegiatan yang dilakukan spontan namun cenderung direncanakan sebelumnya hingga selalu ada rentang waktu antara pengumpulan informasi dan aktivitas kunjungan. Kedua, kualitas SDM dan produk wisata juga perlu dipersiapkan agar wisatawan yang datang berkunjung akan mendapatkan pengalaman wisata yang sesuai dengan harapan dan informasi yang mereka dapatkan. Selanjutnya, dengan suplai informasi yang melimpah di internet tentang pariwisata Yogya, niscaya social traveler mancanegara maupun nusantara akan segera terkena deman bali wae neng Jogya.
***
Referensi :
Gunadi, Made Adhi, 2011, Mengapa Indonesia? Hubungan atribut destinasi dengan pemilihan destinasi Indonesia (thesis), Jakarta : Pascasarjana STP Trisakti
Poon, Auliana, 2010, International tourism business opportunities 2011-2015 : Indonesia perspective, makalah seminar, Jakarta
Visa Worldwide, 2011, The Visa global travel intention survey, dalam http://corporate.visa.com/newsroom/press-releases/press1150.jsp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H